Kamis, 07 Juli 2011

Trilogi Debat Hot Ustadz vs Nabi Palsu (Part 1)


Malam ini  kamar berukuran 4x4 meter yang kami huni terasa lebih menggerahkan dari siang hari, ada aroma "dendam balado" tercium dari 4 penjuru sudut kamar yang sumbernya dari tatapan-tatapan mata 2 anak manusia yang sedang saling memandang berhadap-hadapan seperti mencoba menyelami pikiran masing-masing, berusaha menakar tingkatan daya intelektualitas satu sama lain. Yang satu tatapan matanya begitu bengis seperti preman pasar Ciamis hanya kurang kumis klimis sedang yang satunya lagi bermata burik dengan alis lentik suka pake baju batik bermotif lurik.  Yah malam ini untuk yang kesekian kalinya mereka telah dalam posisi siap tempur berpose bak dua petinju di atas ring yang tinggal menunggu dentuman bel untuk memulai pertarungan. Mungkin "tarung debat' kali ini adalah gelaran yang paling prestisius dalam kurun waktu setahun ini, harga diri dan almamater kampus jadi taruhannya, bara apinya terasa lebih membara daripada kongres ricuh PSSI beberapa bulan silam.

Sebelum mereka mulai "berperang logika" mungkin ada baiknya saya perkenalkan terlebih dahulu dua mahluk yang entah kenapa begitu ngotot untuk diakui sebagai manusia ini. Ladies n gentleman...dari sudut biru kami perkenalkan seorang mahasiswa yang selalu bergaya necis, berpikir pragmatis, cenderung kritis, sedikit autis dan kalau tertawa mirip Telletubies inilah dia...
Iwaaaaan The Q'Lost  (nama samaran-red)...
Dengan rekor 23 kali bertanding, 1 kali menang angka, 1 kali draw selebihnya  kalah WO tanpa bertanding,  5 emas, 3 perak, 1 tembaga, 2 nikel...and then from the red corner.. dengan rekor 11 kali menyet 12 kali ditolak.. titik!!! tidak kurang dan tidak lebih...seorang akademisi sejati prototipe mahasiswa modern yang hedonis, terkadang idealis, suka narsis, cenderung berpikir liberalis, selalu eksis, dan anda tahu Kiwil ?yah Persis... Kita sambut saja (berhubung sakralnya nama ini disebut agar kiranya para pembaca dimohon melakukan standing ovations terlebih dahulu dengan tepuk tangan 3278 kali)...
Inilah dia....Putramahkotasimpaikeramatgarisketurunanterakhir..
The Golden Boy..Bachiiiiiiruuuuuudddiiiinnnn (nama sebenarnya-red)...#sayup-sayup menggema lagu "Udin Sedunia" layaknya soundtrack film.
Sebagai tambahan informasi bahwa ciri kepribadian kedua anak Adam ini belum terpetakan oleh textbook psiko analisa manapun di dunia makanya hingga kini mereka masih dalam tahap riset penelitian oleh beberapa psikiater (pakar ahli kejiwaan).
Dan saya sendiri nama saya akan ada di akhir tulisan, malam ini menjabat sebagai moderator merangkap notulen merangkap juri merangkap security merangkap cheerleaders merangkap anggota forum merangkap seksi dokumentasi dan konsumsi.

Entah setan apa yang sedang merasuki saya malam ini hingga mau saja diserahi tugas dan tanggung jawab maha penting di atas karena biasanya bila melihat pose "siap tempur" mereka seperti ini saya akan langsung ke kamar lalu kunci pintu, putar musik dengan volume tinggi lalu tidur tapi entahlah malam ini sepertinya saya harus rela mengikhlaskan diri walau setengah hati menjadi saksi hidup sejarah debat adu intelektualitas berlabelkan " terpanas dan paling edukatif abad ini " ...dan tentu saja siap menanggung resiko begadang hingga larut malam dengan disertai sakit perut entah itu karena masuk angin, entah kekenyangan cemilan ataupun karena tertawa terpingkal-pingkal hingga guling-guling dan jungkir balik setengah kayang..Kami memang penggemar insomnia tapi apalah gunanya begadang bila tiada gunanya kata Bang Rhoma...ya sudahlah singkat kata singkat cerita kita  lanjut ke paragraf berikutnya...

Dengan track record di atas kali ini La Iwan berada di atas angin, terbukti dia diunggulkan untuk menang oleh beberapa bursa taruhan dunia berbekalkan senjata filsafat copy pastenya dia siap menerkam dan memelintir ideologi La Bachi. Namun La Bahi juga tidak bisa dipandang remeh begitu saja, biasanya saat berada di posisi tidak diunggulkan  seperti ini dia sering membuat kejutan (istilahnya seperti BAbi HItam..oups maksud saya kuda hitam) dengan strategi counter attacknya. Siapa yang tak kenal La Bachi sosok yang tersohor karena sering menciptakan berbagai teori baru di segala bidang dimana terkadang hanya dia dan Tuhan yang mengerti. Dia kemudian membuat inti sari dari semua teori barunya itu dan membentuk sebuah ajaran/aliran baru bernama Bachi-isme. Mudah-mudahan saja suatu hari kelak dia tidak berminat untuk menjadi seorang  Nabi palsu.. Semoga...

Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah berdebat, mulai dari mewahnya gedung DPR, sejuknya warung kopi hingga berlumpurnya pasar tradisional menjadi saksi bagaimana sebuah ideologi dipertahankan betapa daya nalar meletup-letup berusaha menyokong sebuah pemahaman , bahkan di teras-teras rumah seringkali dijumpai ibu-ibu tetanggga bergosip ria lalu berdebat sambil berjejeran saling berburu kutu..yah selalu saja ada perdebatan dari skala mikro sampai makro, baik itu perorangan ataupun kelompok, mulai dari lingkup keluarga hingga lingkup negara yang jauh lebih luas cakupannya, baik itu masalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak sampai masalah tetek bengek misalnya tim mana yang lebih hebat Barcelona atau Inter Milan??Adu argumen dan silang pendapat begitu jamak kita dapati di kehidupan keseharian manusia. Semuanya adalah wajar dan sah-sah saja dalam tatanan kehidupan sosial humanis, karena tak bisa dipungkiri manusia adalah mahluk multipersepsi dan memiliki self defense yang cenderung egois, hingga lahirlah berbagai bentuk perdebatan tersebut. Hakekatnya, memang perdebatan lahir karena adanya perbedaan, intinya perbedaan pola pikir atau main stream, sederhananya beda kepala beda isi. Satu objek bisa dimaknai dengan selaksa persepsi oleh masing-masing manusia tergantung sudut pandang yang digunakan serta imajinasinya masing-masing sebab sungguh manusia adalah mahluk yang dianugerahi bandang imajinasi dan  imajinasi itu bersifat  personal sangat pribadi. Serta imajinasi itu dibentuk oleh banyak hal. Misalnya, pengalaman hidup, kecerdasan intelektual, dan seterusnya. Baik yang digali sendiri maupun yang dipinjam dari imajinasi orang lain.Jadi sangat wajar bila kemudian perbedaan sangat rajin menampakkan dirinya di setiap celah kehidupan bermasyarakat.

Tentang beda kepala beda isi ini coba kita lihat kutipan saya dari salah satu episode perdebatan gahar mereka malam ini :

La Iwan :
Ko percaya Tuhan itu ada atau tidak ??

La Bachi :
Percaya toh..

La Iwan :
Ko bisa buktikan kalau Tuhan itu ada ?

La Bachi :
Ini alam dan segala isinya ...ko mau bukti apa lagi ??

La Iwan :
Tidak..jangan kasih bukti yang begitu,  itu tidak empiris, sa nda mau bukti yang pake logika. saya minta bukti nyata.. misalnya begini.. Sa percaya ada walikota Makassar, buktinya sa pernah lihat dia...(sambil melirik ke saya dengan senyum-senyum tipis penuh kemenangan)

Saya :
(Mengangguk-angguk sambil mengunyah-ngunyah..martabak di tangan kanan gelas coca cola di tangan kiri)

La Bachi :
(mata melotot, Dahi berkerut 13 lipatan, mulut komat-kamit, geraham menggeretak, tangan mengepal, mulut sedikit berbusa #mudah-mudahan penyakit ayannya tidak kambuh malam ini nih anak) ...kafir kamu ini eh ko nda percaya Tuhankah Iwan??

Saya :
(sambil mengunyah..) jangan begitu laa..salah satu yang membatalkan keIslaman kita itu menyebut sesama muslim kafir..ko syahadat ulang itu...sekarang sa tanya kau..ko pernah lihat otakmu sendiri Bachi ?

La Bachi :
Tidak pernah (masih dengan raut orang bingung pada umumnya)

Saya :

Ooo..berarti otakmu tidak ada...(masih tetap mengunyah dengan santai)

La Bachi :
????????

La Iwan :

????????? juga....
 (Cukup sampai disini dulu debat yang dipublikasikan selanjutnya akan menyusul di note berikutnya)

Terkadang manusia begitu naif memandang suatu permasalahan dengan metode "goyang ngebor Inul" berfokus pada satu titik tertentu hingga ke lapisannya terdalamnya tanpa melihat hal-hal lain di sekitarnya yang mempengaruhi tidak mencoba berpikir dengan metode yang saya istilahkan "melihat panorama alam dari tempat  yang tinggi" dari sana kita bisa melihat lebih bebas,  luas, menyeluruh, dan akhirnya cakrawala berpikir seperti sisi kaca berlian yang membuat perspektif tentang kosmik terpancar ke segala arah dan berimbang.

Berdebat mungkin adalah hobi paling murah meriah dari para civitas akademika, hanya butuh waktu dan beberapa orang manusia maka jadilah forum, masalah tempat boleh dimana saja selain di toilet dan kamar tidur pak SBY tentunya karena sebelum sempat berdebat anda sudah di sniper oleh Paspampres. Sayangnya saya tidak termaktub dalam komunitas yang menggemari hobi berdebat ini. Karena saya bukan aktifis sehingga mungkin cara penalaran saya sedikit lebih otentik dan orisinil dari mereka para aktifis yang kebanyakan adalah mesin foto copy yang bertintakan berliter-liter doktrin organisasinya. Adapun motif dari berdebat atau adu argumentasi itu sendiri menurut saya begitu beragam ada yang ingin menyamakan pendapat atau sharing pendapat, mencari kebenaran,  ada yang bermotifkan konsep bunuh konsep, ada yang ingin memaksakan ideologinya diakui khayalak, dan parahnya bahkan ada pula yang bermotif kembang-kembang pink..(oh salah lihat.. itu celana boxernya la bachi).. dan banyak juga yang sekadar iseng singkatnya hanya mau pamer saja dengan mengumbar syahwat intelektualitasnya hingga penyimak terkagum-kagum terpesona sampai berceceran air liur menetes dari mulutnya hingga rontok semua saraf-saraf mereka akibat mencoba menalar setiap dogma, postulat dan dalil yang dibingkai dengan kata-kata ilmiah yang dicomot dari berbagai referensi disajikan dengan begitu persuasif  dalam berdialektika bergaya bak orator ulung padahal copas jie kodong..hehe.

Untuk berdebat amunisi yang disiapkan bukan sekedar se-tronton referensi-referensi ilmiah namun yang lebih penting adalah daya nalar dan logika karena tanpa itu ibaratnya kita adalah tentara di medan perang yang memiliki segudang peluru tapi tak tahu jenis senapan kaliber apa yang harus digunakan. Baru sekarang saya tersadar mengapa selama 12 tahun mengenyam pendidikan dasar otak ini dijejali dengan berbagai rumus-rumus ilmu eksakta (ilmu pasti alias hitung-hitungan) yang dulunya sering saya anggap hal paling tidak berguna yang merepotkan dan terpaksa harus dihapal dan dipahami, manfaatnya ternyata adalah agar otak terbiasa kritis, membiasakan jaras-jaras saraf mencocok-cocokkan brankas memory dan paswordnya hingga  puzzle-puzzle logika atau nalar yang berserakan dapat tersusun rapi sesuai urutannya.

Harus diakui pula banyak disiplin ilmu dan hal-hal positif yang lahir dari rahim debat dan kritik ilmiah tersebut terlebih di negara demokrasi seperti Indonesia ini debat dan kritik yang membangun sangatlah diperlukan sebab debat dan kritik sosial adalah paru-paru dari demokrasi itu sendiri. Asal para debat-ers ini mengerti dan paham aturan main serta tata krama dalam berdebat, tak selamanya debat itu identik dengan urat leher yang menegang, gemeretak rahang, hingga intonasi suara yang tinggi. Santun, elegan, ilmiah dan kritis saya pikir adalah kombinasi yang jauh lebih ideal. Faktanya yang sering terjadi di bangsa Indonesia yang sering membangga-banggakan demokrasi dan budaya ketimurannya ini adalah perdebatan sering berakhir buntu, kongres PSSI adalah contoh paling gres betapa tidak dewasanya dan betapa vandalistisnya anak-anak bangsa yang mengaku berpendidikan itu..bede' ... Itulah yang terjadi bila debat disusupi oleh muatan politik dan kepentingan pribadi atau golongan. Sejatinya setiap para debat-ers sebelum terjun ke forum haruslah melepas terlebih dahulu "jubah-jubah" almamater, golongan atau backgroundnya yang bersifat personal sehingga argumen yang dikemukakan dapat lebih rasional, logic dan murni hasil penalarannya tanpa tendensi kepentingan apapun.

Klimaks dari sebuah debat adalah lahirnya kesepakatan atau solusi, nah masalahnya disini seringkali sebagian besar pada debat-ers terjebak dalam anggapan bahwa dalam sebuah debat harus ada yang kalah dan  menang, ideologi yang menang dijadikan kesepakatan yang dianggap paling benar dan solutif serta yang kalah di kali nol. Padahal kesepakatan tidak serta merta berarti kesepahaman dan yang berbeda harus menjadi sama, sebuah perdebatan tidak harus menghasilkan sebuah kebenaran yang tunggal karena bisa saja melahirkan kesepakatan yang tidak memihak salah satunya dan memilih jalan tengah, atau dengan kata lain produk akhir dari perdebatan juga bisa tetap melahirkan perbedaan yang kompromistis antar kedua belah pihak.

Bahwa manusia seringkali merasa dirinya dan pemahamannya adalah yang paling benar itu adalah fakta sehingga kerap terjadi silang pendapat antar sesama padahal manusia mungkin hanya tahu tentang apa yang baik menurut mereka dan belum tentu itu benar.
Karena kebenaran adalah kata yang bertahta di langit dengan Allah SWT sebagai pemiliknya dan kebenaran adalah Allah SWT itu sendiri...

To be continued...hoaammm..ngantukkk...!!!

Ryo
Makassar jelang adzan Shubuh
7 Juni 2011
(Martabak di tangan kanan, coca cola di tangan kiri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar