Kamis, 07 Juli 2011

Merah Darahku Putih Kulitku




Para founding fathers terusik dalam tidur panjangnya yang abadi.
Sebabnya dua sekolah dan 7 PNS Karanganyar menolak penghormatan pada Sang Saka Merah Putih bahkan sejumlah radio di Balikpapan enggan memutar lagu Indonesia Raya saat mengawali dan mengakhiri mengudara.
Hanya karena satu alibi singkat itu SYIRIK !!
Ibu Bupati Karanganyar tersengat, berteriak dengan lantang itu MAKAR..!!
Tanpa ba-hi-lu-be-go (baca :ba-bi-bu-be-bo) dengan tangan besi sang Bupati menjatuhkan sanksi kepada mereka.
Lalu apa bedanya mereka dengan Ibu Bupati ? Setali tiga uang alias sama saja.

Wahai kalian yang anti hormat bendera dan juga antitafsir
Ini Islam bung !!
Agama yang disempurnakan langsung oleh Allah SWT,  tidak dipahami sebagai agama yang kaku serta bukanlah agama monokrom hanya tentang Hitam dan Putih, pahala dan dosa ataupun surga dan neraka tapi lebih dari itu..
Ajarannya tak akan usang oleh zaman, berlaku sepanjang umur bumi.
Ayat-ayat Al Qur'an bukanlah fast food yang bisa ditelan mentah-mentah langsung tanpa dikunyah karena nyaris setiap ayatnya multitafsir jadi janganlah malas untuk menata bangun pikir.
Dan sungguh Islam adalah agama yang mengatur keseluruhan dimensi kehidupan umat manusia baik itu hubungannya dengan Sang Khalik, sesama manusia dan juga lingkungannya bagi mereka yang beriman dan mau berpikir.

Wahai Ibu Bupati yang cantik
Ini Indonesia Buu !!
Negara demokrasi di mana setiap warga negara dijamin hak kebebasan berpendapatnya oleh hukum dan undang-undang, Anda tidak bisa seenaknya memberi sanksi tanpa mencoba jalur diplomasi terlebih dahulu sebab anda Bupati bukan RAJA .. karena anda tidak pakai kacamata dan tidak menyanyi pa dadang bu dadang. Ingat itu...

Syirik dan hormat bendera harus dipahami secara proporsional dan kontekstual

Menurut Ustadz Iwan, syirik baik yang besar maupun syirik kecil intinya adalah pen-dua-an terhadap Allah
Menyembah selain Allah, Meyakini kekuatan lain selain Allah, dan
Kecintaan berlebihan terhadap sesuatu di luar Allah SWT
Seiring arus modernisasi zaman tak bisa dipungkiri resiko syirik pun mengintai di setiap sektor kehidupan umat

Sedangkan hormat bendera adalah sebuah SEREMONIAL yang SPIRITnya adalah ungkapan penghormatan dan penghargaan terhadap negara, sejarah dan termasuk para pahlawan yang berkorban jiwa dan raga di dalam sejarah perjuangan bangsa tersebut  baik di zaman pra kemerdekaan, zaman kemerdekaan maupun pasca kemerdakaan..
Sama sekali tak ada hubungannya dengan menyembah selain Allah atau konsep syirik lainnya

Bendera Merah Putih hanyalah sebuah SIMBOLISASI dari nasionalisme dan patriotisme tersebut
Merah adalah perlambang keberanian dengan mengorbankan miliaran tetesan darah para pejuang
Putih adalah penanda kesucian niat tulus perjuangan kemerdekaan bangsa dari penjajahan yang semakna dengan perbudakan di zaman Nabi
Merah putih adalah saksi bisu perjalanan panjang patriotisme di bumi pertiwi.

Jadi hormat bendera sangatlah jauh dari syirik
Karena jelas ada perbedaan makna antara benda, simbol, menghormat dan menyembah
Bila menghormat diasumsikan sama dengan menyembah
Logika sederhananya , Apakah tidak janggal bila saat upacara kita shalat ke arah tiang bendera??Apakah bisa kita shalat dengan cara menghormat saja??

Lalu bagaimana dengan tradisi sungkeman saat lebaran??Saat itu kita tidak hanya menghormat tapi bahkan membungkuk merendahkan diri dan setengah bersujud malah..
Tentu itu bukan syirik karena hanyalah RITUAL dengan SPIRITnya adalah rasa menghormati, menghargai , ungkapan maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap kedua orang tua

Karena kita tidak mungkin menyalami dan menziarahi satu per satu para pahlawan bangsa di sepanjang sejarah
Karena kita tidak mungkin menghormati tanah, laut , langit Indonesia satu per satu sebagai wujud cinta tanah air kita
Maka oleh karena itu kesemuanya disimbolisasikan dengan sebuah bendera merah putih yang kita hormati setiap hari Senin !!

Passwordnya adalah tentang spirit, niatan, makna yang terkandung bukan tentang ritual atau seremonialnya belaka. Lain halnya bila para siswa ataupun pegawai menghormat kepada bendera agar dapat nilai 10 semua di raport atau supaya gaji 13 dan THR dillipatgandakan.

Aa Bachi menambahkan sejarah mencatat pada perang 10 November 1945 para ulama saat itu sepakat mengeluarkan fatwa jihad  tentang kewajiban perang fi sabilillah ummat muslim untuk melawan penjajah imperialisme yang tercatat sebagai perang terbesar sepanjang sejarah nusantara.
Sebuah hadist pun menyebutkan  "Cinta tanah air adalah sebagian dari iman"  terlepas dari shahih atau dhaif nya hadist ini  Al Qur'an dalam surah Al Mumtahanah 60:9 menjelaskan :
 "Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu , dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Berangkat dari fakta sejarah, hadist dan ayat di atas dapat ditarik benang merah bahwa Islam cukup 'permisif' tentang kewajiban bela negara dan cinta tanah air ini tentu dengan syarat sekali lagi tetap dimaknai secara proporsional dan kontekstual.

Kita tentu masih ingat pada gelaran Piala Asia beberapa tahun silam di Jakarta (lupa tahun berapa yang jelas Irfan Bachi belum dinaturalisasi dari Timor Leste)  bagaimana khidmatnya para pemain dan suporter Arab Saudi yang notabene "nenek moyangnya" negara Islam yang menjadi tempat peradaban Islam terbesar sepanjang sejarah dunia menyanyikan lagu kebangsaannya dan mengibar-ngibarkan serta menjunjung tinggi bendera negaranya dengan penuh rasa hormat juga bangga.
Lalu pendapat Anda??

Idealnya Bu Bupati dan oknum-oknum terkait haruslah duduk bersama dengan kepala dingin bertukar pendapat masing-masing, saya pikir sebagai seorang muslim dan pengayom masyarakatnya Bu Bupati cukup kapabel untuk memberi pencerahan secara persuasif dan komprehensif dengan memahami terlebih dahulu latar belakang dan modus dari tindakan beberapa oknum tersebut.

Upacara bendera tak bisa dipungkiri adalah warisan sejarah bangsa ini
Bangsa yang begitu gemar bernostalgia dengan romantisme sejarah perjuangan dan jasa para pahlawannya
Di lingkup sekolah dan aparatur pemerintahan upacara dan hormat bendera adalah salah satu metode pembelajaran
Pembelajaran tentang kedisiplinan
Pembelajaran tentang menghargai spirit nasionalisme dan patriotisme yang idealnya diterapkan dalam setiap sendi aktivitas pranata pemerintahan serta aktivitas belajar para siswa di ranah pendidikan.
Itulah sebabnya upacara bendera "disimpan" di hari Senin sebelum memulai aktivitas agar semangat nasionalisme itu terus tumbuh dan tumbuh di setiap minggunya.

Pertanyaan selanjutnya..
Mengapa masih juga ada pejabat yang korup padahal  jumlah upacara dan hormat benderanya sudah tak terhitung lagi??
Nah itulah bila upacara hanya dianggap sebagai ritual dan seremonial semata tak ada sprit nasionalisme dan semangat patriotisme disana.
Produk akhirnya hanyalah kaki-kaki yang menjadi lemah dan kesemutan karena berdiri lama
Keringat yang bercucuran membasahi seragam tanpa ampun, dan telinga yang bebal mendengar ceramah panjang inspektur upacara.

Apakah nurani kita tidak pernah merenungkan tentang manfaat menghargai dan menghormati sejarah panjang perjuangan bangsa ini?? Tentu lebih dari sekedar me-merah- kan tanggal di kalender atau memperbanyak koleksi hari-hari bersejarah..
Karena pada hakekatnya kita tentu selalu memiliki pilihan bijak untuk menjalankan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama sekaligus secara seimbang...

     Ryo
14 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar