
Nabi Bachi mungkin bukanlah dajjal era post modernisme karena sama sekali tak ada tanda-tanda dajjal sedikitpun dalam setiap kosa kata dan kosa sikapnya ataupun tanda khas lain di bagian tubuhnya. Bahkan bila On The Spot mau memilih " 7 orang yang paling mudah ditipu di dunia" saya yakin dia menjadi salah satu yang termasuk, tak percaya ??silahkan tanyakan langsung sama Ustadz Iwan. Jadi sangat tidak mungkin bila seorang dajjal yang tersohor akan mampu menghasut jutaan manusia di akhir zaman dapat ditipu dengan sebegitu mudahnya oleh seorang Ustadz.
Aliran Bachi-ismenya hanya lahir dari kajian cocok-loginya yang superngawur dan mengada-ngada, itulah akibatnya bila kebiasaan makan garam tidak ditanamkan sejak usia dini kata Ustadz Iwan.
Malam ini Nabi Bachi menonton TV dengan penuh gairah acara yang diputarnya tak tanggung-tanggung MTGW di Metro TV. Berulang kali senyum tipis keluar dari bibirnya, matanya bersinar penuh kilatan nanar, raut wajahnya aneh, ada aura mistis super horor yang tergambar jelas dari roman mukanya yang sudah memang horor itu. Entahlah...
"Biar saya ini bisa jadi seperti Mario Teguh kalau hanya buat kalimat-kalimat kayak begini saja apa susahnya...!!!" cetusnya tiba-tiba.
Hening sejenak.. seisi rumah seperti kompak silau terpana oleh kilatan blitz kamera.. dan sejurus kemudian pecahlah derai tawa yang membahana, menggelegar dan memporak-porandakan harga diri sekaligus kepercayaan diri Nabi Bachi dengan hebatnya. Ah pemirsa... ternyata kurang makan garam bisa juga mengakibatkan kelainan psikologis berupa waham megaloman (waham kebesaran) dan perilaku obsesif kompulsif, mungkin para ahli kejiwaan dan pakar gizi perlu melakukan riset khusus untuk kajian yang satu ini.
Mario Teguh dan para motivator-motivator lainnya tak bisa dipungkiri kini sedang naik daun menjadi primadona di setiap pelatihan berbagai komunitas sosial seiring evolusi kesadaran manusia akan pentingnya peningkatan kecerdasan emosional dan mentalitas manusia dalam perannya sebagai mahluk multidimensi. Sebenarnya bila lebih teliti dan cermat pada inti setiap pesan tersirat yang mereka sampaikan bahwa ternyata apa yang mereka sajikan saat ini bukanlah hal baru karena sebenarnya hanyalah merupakan hasil dari reproduksi berbagai dalil filsafat, ayat dan hadist, ujaran-ujaran bijak kuno dari berbagai ajaran agama serta aliran yang diperas inti sarinya kemudian dikemas lebih modern dengan kalimat baru yang lebih persuasif serta menarik, digeneralisasikan dengan era kekinian, disesuaikan dengan fenomena kehidupan sosialis kemasyarakatan hari ini untuk kemudian diorasikan dengan intonasi khas motivator ulung.
Akan halnya sang Da'i kondang (alm). KH. Zainudin MZ yang baru saja meninggalkan sejuta ummatnya. (Semoga amal dan ibadah beliau diterima di sisiNya. Amin). Beliau tak bisa terbantahkan memiliki semua syarat untuk menjadi seorang pendakwah tersohor. Kajian dari materi yang mendalam, diksi yang memikat, teknik penyajian yang mempesona, daya pukau yang tinggi dalam presentasi, intonasi yang begitu membuai telinga dan menggugah qalbu membuatnya tampak begitu berwibawa dan kharismatik di setiap penampilannya. Membuat sejuta umatnya selalu terbius serta terinspirasi, menjadi suplemen psikologis bagi jiwa-jiwa yang imunitas imannya sedang lemah hingga mereka selalu kecanduan oleh efek ekstase komunikasi yang ditimbulkan oleh setiap pesan dan dakwahnya, tak heran para jamaah pun selalu menanti lagi, lagi dan lagi siraman ruhani dari beliau yang laksana candu bagi mereka.
Banyak motivator ataupun penceramah yang kaya akan materi dan kajian yang mengakar namun tak semua memiliki bakat orator ulung ini. Mario Teguh dan KH. Zainudin MZ adalah spesies langka di profesinya. Mereka begitu lincah meramu setiap kata, setiap kalimat dan setiap kisah.
Pada intinya mereka memiliki inner beauty orasi dan sense of communicans yang tinggi.. ITUU...(MT MODE ON)..dua hal inilah yang sangat jarang dimiliki oleh setiap orang ketika berada di depan sebuah majelis atau forum.
Untuk tercatat dalam sejarah Anda memang harus berbeda...
Selamat jalan Da'i Sejuta Umat..
Makassar 5 Juli 2011
21.30 WITA
Ryo
(#menulis express)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar