
"The Adjustment Bureau" film yang begitu mengusik nalar saya siang ini.
Bagaimana konsep takdir, kerja malaikat dan kekuasaan "sang ketua" (Tuhan) coba divisualisasikan.
Dalam sebuah "buku" yang berada di tangan setiap "malaikat" terdapat garis-garis ketentuan dari setiap manusia dan para "malaikat" ini bertugas sebagai Biro Penyesuaian untuk menyesuaikan apa yang tertulis di buku tersebut dengan kejadian di dunia nyata. Adalah David Norris seorang bekas pemuda jalanan sekaligus mantan atlet basket yang menjadi salah seorang kandidat dalam pemilihan senator New York. Memiliki bakat orator dan kharisma politik yang begitu mengagumkan di usia yang masih sangat hijau.
Awalnya semua berjalan lancar, para "malaikat" menunaikan tugasnya dengan baik yaitu membuat Norris kalah dalam pemilunya yang pertama seperti yang sudah dituliskan dalam buku tersebut. Garis-garis ketentuan dalam buku itu kemudian menggiring Norris untuk membuat sebuah pidato kekalahan di depan ribuan simpatisannya tanpa ada yang menduga bahwa pidato tersebut akan menjadi sebuah orasi paling bersejarah dan membuat takjub seluruh warga AS yang kemudian menaikkan pamor serta elektabilitas Norris guna kemudian menjadi calon kuat senator New York periode berikutnya. Tak ada yang mengetahui bahwa ihwal lahirnya inspirasi pidato tersebut adalah sebuah pertemuan tak terduga Norris dengan Elisa seorang penari balet cantik di saat Norris sedang mempersiapkan konteks pidatonya di toilet umum dan lagi-lagi hal ini sudah tercatat dalam "buku diary" para "malaikat" tersebut.
Namun tanpa disangka-sangka terjadi "riak" dari garis-garis tersebut, sebabnya adalah tumbuhnya benih-benih cinta antara Norris dan Elisa. Hal ini di luar ketentuan karena dalam buku telah ditetapkan ternyata Norris akan menjadi seorang senator untuk kemudian menjadi seorang presiden AS sementara Elisa akan menjadi seorang penari internasional yang mendunia, 2 hal proyeksi masa depan mereka ini tak akan terjadi bila mereka bersatu atau menikah. Konflik pun muncul ketika Norris menyadari dan mendapati keberadaan para "malaikat" ini hingga kemudian berusaha sekuat tenaga melawan ketentuan itu, menerobos gedung kerja para agen Biro Penyesuaian tersebut bersama Elisa untuk meminta keadilan dari "sang ketua" sampai akhirnya "sang ketua" mengeluarkan "surat kuasa" mengubah jalur garis ketentuan dalam buku hidup mereka berdua untuk bersatu dalam keabadian hubungan cinta.
Terlepas dari buruknya sci-fi film ini yang sedikit banyak dikarenakan sekat yang terlalu dekat antara dunia ghaib dan alam nyata, saya pikir dapat tertutupi oleh kisah romansanya yang menyentuh. Walaupun Matt Damon terlalu sangar untuk sebuah film yang nyaris tanpa sedikitpun action laga mungkin kewibawaannya cocok dalam hal perannya sebagai seorang politikus.
Entahlah, namun saya tidak terlalu tertarik untuk meresensi lebih jauh tentang film ini, nalar saya lebih terusik oleh konsep "takdir" yang coba dijabarkan oleh penulis skenario. Bahwa menurut film ini takdir adalah ketentuan dari "sang ketua" yang dijalankan oleh manusia namun manusia tetap memiliki kehendak bebas untuk memilih dan menjadi tugas "malaikat" untuk menyesuaikan pilihan tersebut agar tidak terjadi "riak' dalam garis-garis takdir tersebut. Dan garis-garis ketetapan ini ternyata tidak bersifat absolut karena dapat berubah oleh usaha dan keyakinan.
Takdir...
Terjadi banyak benturan pemahaman dan tumpang tindih pemaknaan tentangnya yang berasal dari istilah generik, ayat Al-Qur'an dan kajian para teologi atau pemikir.
Menimbulkan berjuta pertanyaan dari laksaan manusia dalam luasan ruang dan waktu.
Lagi-lagi persoalan semantik bahasa mendikotomikan sebuah populasi umat yang sebenarnya satu kesatuan.
Sepanjang zaman..
Jabariyah vs Qadariyah saling bunuh konsep..
Determinisme vs Kehendak Bebas (indeterminisme) berseberangan arus pemahaman..
Asy'ariyah dan Mu'tazilah tak ketinggalan saling berperang dalil..
Tak terelakkan..
Masing-masing berebut stempel dan tanda tangan dari Tuhan sebagai legalitas pembenaran paham mereka dengan berpegangan pada potongan ayat-ayat Al- Qur'an yang secara konseptual sepertinya mengapungkan sebuah konsep dualisme..
Perhatikan ayat-ayat ini : QS 6: 112, QS 13: 11, QS 11: 57, QS 22: 8, QS 17: 76, QS 57 : 22 dan QS 3: 26-27
Lalu coba telaah ayat-ayat ini : QS 18: 29, QS 41: 40, QS 3: 164, QS 13: 11, QS 76: 23, dan QS 90: 10
Kita ambil satu ayat sebagai contoh QS 57 : 22 ( Al Hadid) :
"Setiap ada musibah terjadi di bumi dan dalam dirimu, sudah tercatat sebelum Kami mewujudkannya, Sungguh itu bagi Allah mudah sekali "
Sampai disinilah, banyak kalangan ulama dan mubaligh mengutip ayat itu, tetapi ayat seterusnya jarang mereka kutip, yaitu:
" Agar kamu tidak berduka cita atas apa yang sudah hilang, dan merasa bangga atas apa yang diberikan " (QS 57 :23 )
Jadi jelaslah apa yang menjadi "asap" dari bara api yang terus menyala sekian abad tentang persilangan kedua aliran di atas.
Itulah sebetulnya kegunaan paham takdir. Kalau diperhatikan, ayat di atas sebenarnya memiliki substansi masalah psikologis tujuannya adalah agar manusia bersikap “seimbang” atau tidak terlalu ekstrem (tidak terlalu sedih karena menerima musibah, atau terlalu sombong karena menerima kesuksesan )
Takdir adalah salah satu penafsiran tentang ketentuan Allah yang tidak dapat dielakkan oleh manusia yang berhubungan atau bahkan menjadi simpul dari ketentuan-ketentuan Allah lainnya yaitu hukum alam (hukum kausalitas), Qada dan Qadhar, serta Sunatullah. Secara istilah keseharian takdir dipahami oleh awam sebagai hukum ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan untuk mengatur pola perjalanan dan “tingkah laku”alam ciptaan-Nya, khususnya alam material.
Dalam Al-Qur'an lebih banyak menyinggung takdir dalam hubungannya dengan ketentuan Allah dalam bentuk hukum-hukum alam yang bersifat kebendaan atau materi misalnya tentang pergerakan bumi, matahari dan bulan. Sedang dalam kajian teologi filsuf Islam, takdir adalah segala sesuatu ketetapan Allah yang telah terjadi. Jadi hal-hal yang belum terjadi tidak bisa dibicarakan sebagai sebuah takdir.
Hukum alam atau hukum kausalitas (hukum sebab akibat) adalah ketentuan Allah tentang segala keteraturan yang terjadi dalam kehidupan mulai dari yang paling besar misalnya bahwa bumi dan bulan tidak akan bertabrakan karena memiliki lintas orbit masing-masing hingga pada struktur kehidupan yang terkecil misalnya 2 atom hidrogen dan 1 oksigen akan menghasilkan uap air. Sehingga jelas hukum alam bersifat kuantitatif empirik dekat dengan ilmu exacta (ilmu pasti) dan pada akhirnya lebih mudah diprediksi.
Sedang Sunnatullah adalah ketetapan bagian dari hukum alam yang lebih spesifik tentang lingkungan sosial historis kemasyarakatan hidup manusia. Bersifat fluid, kualitatif, tempat peranan insight hingga tak menentu dan tak terukur hingga lebih sulit untuk diprediksi. Bahwa siapa yang rajin belajar akan pandai, masyarakat yang ulet dan tekun serta bekerja keras dalam profesinya akan mendapat taraf kesejahteraan yang layak itulah contoh sunnatullah, berlakunya selalu obyektif tanpa kenal dia seorang Muslim atau bukan.
Pendeknya Hukum alam dan Sunnatullah adalah pukul rata statistik atau segala sesuatu yang umum terjadi namunpun bisa terjadi bias,hal yang super natural, anomali, variasi biologis atau khariq al adah dapat dimaklumi sebagai kuasa Allah SWT sang pemilik hak prerogatif atas hukum-hukum dan ketentuanNya sendiri sebagai tanda ke-Maha Kuasa-annya.
Contoh konkrit, hukum alamnya adalah bahwa api akan membakar dan menghanguskan semua benda, sunatullahnya bahwa manusia pun akan hangus terpanggang bila terkena kobaran api namun anomali terjadi pada kisah Nabi Ibrahim.
Jadi sangat jelas bila ingin memahami hukum alam maka pelajarilah ilmu "soft" science sedang bila kita ingin memahami tentang sunatullah maka belajarlah tentang sejarah, tentang peradaban, ilmu sosial humaniora karena Al-Qur'an juga menganjurkan demikian. Walaupun seiring perkembangan IPTEK seperti penemuan bahwa atom ternyata masih bisa terbagi lagi menjadi proton, neutron dan elektron bahwa ternyata menurut para ahli hampir tidak ada lagi yang pasti di dunia ini. Yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri.
Selain itu pengertian takdir identik dengan konsep qadha dan qadar.
Qadha adalah ketentuan atau keniscayaan terhadap semua makhluk-Nya atas segala sesuatu yang akan terjadi, baik di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak.
Qadar adalah individuasi, jangka yang telah ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Singkatnya qadar adalah pelaksanaan dari Qadha tersebut pada setiap manusia orang per orang. Setiap manusia niscaya akan mati itu adalah salah satu bentuk Qadha dan Qadarnya adalah ada manusia yang mati pada waktu ini, ada yang mati di tempat ini, ada yang mati karena itu, dan lain sebagainya.
Semua konsep takdir atau ketentuan Allah SWT di atas tidak berdiri sendiri-sendiri namun saling berhubungan satu sama lain untuk membuat garis-garis pilihan dari setiap manusia. Allah SWT telah menentukan konsekuensi dari setiap garis takdir yang dipilih sekaligus titik akhir dari garis tersebut sebagai ketentuanNya. Di sinilah peran ikhtiar yang berasal dari kata khairan (baik) yang bisa diartikan sebagai menentukan pilihan terbaik berdasarkan hukum alam dan sunatullah yang idealnya terus kita ekplorasi. Atau dengan kata lain setiap kita memiliki kehendak bebas (free will) yaitu act of choice untuk menentukan pilihan namun pilihan yang diambil tak lain berada dalam koridor garis ketentuanNya. Singkatnya hidup adalah tentang seni memilih takdir Allah karena tindakan kita hari ini menentukan bagaimana kita ke depannya, kita hari ini adalah akibat keputusan-keputusan pilihan masa lalu, setiap saat kita membuat pilihan keputusan kita yang menentukan takdir kita mulai dari pilihan kecil hingga pilihan-pilihan besar dalam hidup, ingat setiap saat artinya dalam 24 jam setiap harinya saya, kamu, dia dan mereka bisa mengubah garis rel takdir kita lewat pilihan-pilihan tersebut, sekalipun ketika kita memutuskan untuk tidak memilih tetap itu adalah sebuah pilihan.
Ilustrasinya bila hidup adalah sebuah mesin kereta api listrik maka kita adalah seorang masinisnya yang punya kebebasan untuk mengendarai, membelokkan, atau memberhentikan kereta namun tetap ada kuasa sang Khalik sebagai pensuplai listrik yang dengan bebas dan penuh kuasa dapat memberhentikan laju kereta tersebut kapan serta dimanapun Dia mau ataupun mengubah jalur kereta api itu kemanapun Dia suka nah disinilah peran pentingnya ikhtiar serta tawakkal.
Setelah berikhtiar kita perlu bertawakkal (berserah diri) mempercayakan semuanya pada kehendak sang Khalik. Dan ketika seseorang sampai pada titik akhir sebagai konsekuensi dari pilihannya maka itulah takdirnya, seperti kata para teologi tadi takdir adalah tentang sesuatu yang telah terjadi atau yang telah tutup buku maka tak dapat diganggu gugat lagi sedang masa depan adalah tentang ikhtiar untuk memilih garis takdir kita selanjutnya. Lalu untuk apa kita mengimani sesuatu yang telah terjadi?? yah disitulah istimewanya takdir, hakekat iman kepada takdir adalah guna menciptakan mentalitas yang sehat dan seimbang dalam menghadapi kenyataan yaitu tidak terlalu larut dalam kesedihan ketika takdir buruk datang karena percaya ini semua datang sebagai ketetapanNya dan sebaliknya tidak terlalu berbangga hati billa takdir baik datang karena kesadaran akan adanya campur tangan takdir Allah SWT di dalamnya. Hingga dapat memupuk rasa sabar dan syukur yang menjadi fondasi keimanan setiap Muslim dalam mengarungi samudera kehidupannya yang penuh riak dan gelombang.
Selanjutnya mengimani takdir sebagai ketetapan hukum alam dari Allah SWT adalah berfungsi sebagai pemacu agar manusia terus mengksplorasi ilmu pengetahuan serta ilmu sosial historis agar kita semakin menemukan tanda-tanda kebesaran dan ke-Maha-anNya yang dapat meningkatkan kadar keimanan manusia itu sendiri, sedang mengimani takdir sebagai pilihan masa depan yang dipilih secara bebas tak lain dan tak bukan agar setiap kita manusia terus berusaha mengubah nasib dan tidak pasrah terhadap keadaan hari ini hingga kesemua fungsi keimanan pada definisi takdir tersebut bermuara pada tujuan guna menunjang eksistensi penegasan manusia sebagai khalifah di muka bumi sepanjang zaman hingga hari akhir umur bumi.
Untuk membedah takdir Allah lebih jauh sangatlah sulit perlu bius yang terbaik yaitu qalbu yang bersih, perlu pisau bedah yang tajam yaitu akal atau nalar yang bekerja sistemik dan bercakrawala luas guna mengeksplorasi lebih dalam, dan juga perlu panduan sistematika kerja "operasi" yang akurat yaitu ayat-ayat AL Qur'an dan AL Hadist dengan penafsiran yang tepat, baik dan benar.
Dalam memandang masalah takdir manusia, Nabi Muhammad menganjurkan agar manusia tidak terlalu banyak memikirkan dan memperbincangkannya karena merupakan kekuasaan Allah swt yang tidak mungkin terjangkau secara tuntas dengan pemikiran manusia.
Sahabat Abu Hurairah ketika ditanya masalah takdir memberikan jawaban, “Itu adalah jalan gelap maka jangan kau lalui.” Atau," lautan yang amat dalam maka jangan kau terjuni"
Dan biarkan takdir itu tetap menjadi misteriNya
Sepanjang masa..
Sepanjang jejak bumi..
Wallahu'alam bishawab..
Makassar, 07 Juli 2011
Dini hari...
Ryo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar