Jumat, 25 Maret 2011

Hujan di Awal Desember

      Sudah kucoba untuk menghentak-hentakkan kedua kakiku di atas lantai kamar ini berharap dapat mencegah atau setidaknya memperlambat berputarnya bumi dan sudah pula kucoba menghalang-halangi setiap sinar matahari yang mencoba menerobos ke setiap celah kamar hanya untuk mencegah bergeraknya sang mentari, namun pada akhirnya semuanya sia-sia karena siang terus tergantikan oleh malam. Yah, waktu memang terkadang sangat egois pada sebagian manusia bahkan sering tidak sopan karena acapkali datang tiba-tiba dan berlalu tanpa permisi apa-apa. Waktu juga bak pisau bermata dua terkadang menjadi jalan keluar bagi masalah manusia namun juga terkadang dapat membuat seseorang tersesat dalam labirin waktu itu sendiri.

       Dan kalender 2010 di sudut kamarku pun telah sampai di lembaran terakhirnya karena baik tahun Hijriyah maupun tahun Masehi akan segera berakhir. Gerbang Desember telah terbuka lebar dan kita telah berada di dalamnya dengan berbagai perenungan serta kalkulasi hidup di tahun ini dan juga berbagai sketsa rancangan resolusi untuk tahun yang baru nanti. Satu hal yang selalu menjadi kado akhir tahun yang " indah "dari bulan Desember ini adalah musim penghujan karena hujan di bulan Desember selalu romantis kawan. Namun entahlah untuk tahun ini sepertinya terjadi pengecualian, mungkin hujan di bulan Desember akan kekurangan ke-romantis-annya karena curah hujan tahun ini relatif tinggi dan konstan di setiap bulannya sebagai dampak dari ke-ekstrim-an cuaca akhir-akhir ini.

       Tepat tanggal 1 Desember kemarin, hujan tiba-tiba mengguyur kota ini di pagi hari namun hanya sebentar, entahlah mungkin hanya sebuah isyarat alam bahwa bulan Desember telah tiba. Hujan yang sama menjadi saksi betapa beberapa jam sebelumnya beribu-ribu mil dari Indonesia di sebuah negara yang juga bekas jajahan Portugis ( Spanyol ) tepatnya di kota Barcelona terjadi pembantaian di atas rumput hijau Nou Camp yang begitu memalukan dan memilukan bagi klub ibu kota Real Madrid dalam duel bertajuk EL CLASSICO yang berkesudahan dengan skor 5-0. Yah di bawah guyuran gerimis hujan anak-anak Catalan menunjukkan bahwa Real Madriid bolehlah menjadi gudang selebritis dan seniman sepakbola tapi Orkestra sepakbola sejati yang membentuk harmonisasi sebagai sebuah tim adalah milik mereka. Pesan saya buat Mourinho : " Bermain terbuka dan menyerang melawan tim seperti Barcelona sama halnya menggali kuburan sendiri bung"

       Seperti terinspirasi pada kemenangan heroik Barcelona, di malam harinya masih dengan hujan yang sama timnas Indonesia mengganyang tim sepakbola Malaysia 5-1 dalam ajang AFF Cup di Stadion Gelora Bung Karno. Kemenangan sarat makna yang patut dirayakan seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Walaupun kita juga terpaksa harus pura-pura tidak perduli bahwa yang menjadi bintang lapangan dalam kemenangan tersebut adalah 2 orang striker naturalisasi PSSI. Naturalisasi yang sepertinya lebih sebagai wujud frustasi dibandingkan solusi dari PSSI. What ever-lah, yang jelas tiap gol yang bersarang di gawang Malaysia malam tadi adalah proyeksi dari pembalasan setiap "dosa-dosa" negeri Jiran tersebut. Bila dirinci maka ; 1 Gol untuk batik dan angklung, 1 gol untuk Reog Ponorogo, 1 gol untuk Ambalat, 1 gol untuk pelanggaran zona maritim, dan 1 gol terakhir untuk Manohara !!!

       Pagi tadi di saat hujan baru saja reda, bau air hujan yang bercampur bau tanah masih juga dapat kuhirup dalam-dalam, dan elegi pagi hari nampak belum kehilangan keindahannya walaupun langit masih saja mendung. Berita duka itu seperti gemuruh langit yang membuat tanah di sekelilingku bergetar, sulit untuk dipercaya bahwa beliau harus meninggalkan kami begitu cepat, rasanya baru kemarin kami bertemu dan bercerita tentang banyak hal, baru seminggu yang lalu kami sms-an membahas tentang cerita Kho Ping Hoo dan serial pesanannya sudah saya CD-kan siap untuk dikirim. Mendung menyelimuti keluarga kami pagi ini dan hujan lokal terjadi di wajah setiap anggota keluarga kami. Tak terelakkan, kami kehilangan sosok yang agamais, bersahaja, berdisiplin, menghargai pendidikan serta orang yang berilmu dan salah satu pioner pengambil keputusan di keluarga kami.

      Terlalu cepat "bapak tua" ..saya masih mau cerita-cerita lagi tentang agama, politik, pendidikan , cinta dan lain-lain, saya masih mau kita berburu lagi komik silat Kho Ping Hoo, saya masih mau kita makan sama-sama lagi ikan bolu dan kari kambing di tempat langganan kita serta saya masih akan butuh nasehat-nasehat bijak khas "bapak tua"..karena beliaulah yang membuat saya ikut-ikutan menyukai Kho Ping Hoo, Mario Teguh dan Ebiet G Ade.
Skenario takdir memang selalu sulit untuk dipahami karena kita tidak akan pernah tahu suatu peristiwa adalah musibah ataukah sebuah berkah sampai ceritanya tersebut benar-benar berakhir...

Selamat jalan "bapak tua" ke tempat peristirahatan abadi..semoga semua amal ibadahnya diterima dan mendapat tempat yang mulia di sisiNya...Amin ya Rabbal Alamiin..

Ingin rasanya malam ini hujan turun lagi dan kembali mendoakan beliau...
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun”
(HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)

Siapa yang mengetahui bahwa di saat kamu sekarang sedang menari-nari kegirangan di bawah guyuran hujan di saat yang sama di suatu tempat lain di bumi ini seorang petani kapas di bawah guyuran hujan yang sama sedang memanen bahan untuk kain kafanmu nanti...


Segelap apapun awan hitam...
Hujan akan menyingkirkannya...
Dan ...
Tak akan ada yang dapat menghalangi sinar mentari...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar