Jumat, 25 Maret 2011

4L4Y -isme

Anda memiliki 2 permintaan pertemanan :
M4yL4H Chaiaank Qmuh Chelaluuuww
Rudhy Maciih IngiN ChenDiry Duyuh

Di pagi yang belum sempurna ini, kala ciuman sang surya belum begitu utuh menyentuh bibir sang bumi yang menggigil kedinginan akibat hujan semalam, notifikasi seperti di atas muncul ketika saya iseng-iseng membuka facebook , awalnya saya mengira ada gangguan koneksi internet mungkin atau mata saya yang masih agak ngantuk sehingga sangat kesulitan untuk sekadar membaca nama 2 orang di atas ataukah mungkin saja nama ini merupakan kode sandi dari sebuah badan intelijen, entahlah yang jelas tanpa perlu berpikir 1.987 dikali 342 dibagi 77 pangkat 2 dikurangi 12 hasilnya berapa, saya kemudian memutuskan untuk menunda mengkonfirmasi mereka sampai salah satu dari saya atau mereka yang sadar secara utuh.

Entah kenapa juga nama di atas begitu dalam menerjang liang pikiran saya , merasuk sampai ke hati dan mengusik kamar pikiran dan imaji untuk kemudian membedah lebih jauh tentang fenomena ini. Alay (anak layangan atau anak lebay, tak perlu membahas kepanjangan yang mana yang benar namun yang pasti pokoknya mereka adalah anak dari bapak dan ibu mereka)..inilah istilah untuk anak-anak ABG labil yang menggunakan bahasa,akronim dan istilah seperti di atas, entah dari dan bagai mana sejarah istilah tersebut yang jelas gaya bahasa "aneh" seperti di atas sedang menjadi tren dalam dunia per-SMS-an dan dunia per-fesbuk-an. Seperti halnya fitrah bahasa yang lahir dari kesepakatan, bahasa alay ini juga mungkin saja lahir dari kesepakatan komunitas sosial mereka dengan maksud dan tujuan tertentu misalnya saja sebagai bahasa rahasia di komunitas mereka seperti halnya "bahasa planet" yang pernah booming ketika zaman saya SMA dulu yang sampai sekarang saya sendiri masih kesulitan mengerti aturannya, adapun contoh  bahasanya seperti ini "maiden kaiden raden aiden lia eden edan". Bingung khan? sama..saya juga demikian..

Jangan pernah tanyakan kepada anak-anak aliran alay-isme ini tentang Revolusi Melati di Tunisia atau Gejolak Kudeta di Mesir sebab secara aksiomatik wadah-wadah logika mereka telah terdistorsi dan terisi penuh dengan nge-band, balapan motor, dugem, drama film Korea, shopping dan keliaran di mall serta gaya hidup hedonisme khas ABG alay lainnya.  Saya sempat terpikir bagaimana misalnya bahasa dan kaidah penulisan seperti ini digunakan dalam keadaan darurat misalnya ketika seorang ibu yang sudah rabun minus 10 dengan gejala katarak kemudian menerima sms penting dari seorang teman anaknya yang bunyinya seperti ini :

" Zamlekum, alow Buu muuv n99an99u niy 4RdY theman'a Riri . Riri skrg ghi dhy humz kuw pin9s4n n kYkx zezak nap4z gitchu Buu apa ibu tw dmn biazax Riri simpan ob4t  a5ma nya? coz drtd kami c4ry thapy gag ktemhu2 Buu.."

(Baca : "Asslamu alaikum, halo ibu maaf mengganggu ini Ardy temannya Riri, Riri sekarang lagi di rmhku pingsan kayaknya sesak napas begitu, apa ibu tahu dima biasanya Riri menyimpan obat asmanya? karena daritadi kami cari tapi tidak ketemu juga Bu")

Kasihan Ibu yang sudah tua renta itu yang tentu berada dalam posisi dilematis apakah ke toko kacamata dl untuk mere-validasi ukuran kacamatanya atau ke Gramedia mencari Kamus Besar Bahasa Alay (KBBA) ataukah menelepon Roy Suryo untuk menganalisa sms ini..mudah-mudahan saja anaknya selamat ya Bu..yang sabar nah..kalau saya sih pilih phone the friend atau ask to audience saja Bu...

Atau bagaimana bila teks proklamasi diubah menjadi versi alay atau istilah kerennya mengalami proses alay-nisasi :

"Pr0Khlamazy, Kamhy b4N9za Ind0n3zia deN9an ni m3ny4takhan kemerDekaan Indonezi4.", dst..

Kasian bapak/ibu presiden yang nanti setiap upacara 17 Agusutus-an didaulat membaca teks proklamasi tersebut, dipastikan beliau akan membolak - balik figura teks proklamasi tersebut hanya untuk mencari angel  yang tepat untuk mencoba membacanya..satire. Bagi mereka yang berada di pihak para pembina bahasa hal ini memang sebuah ironi melihat bagaimana bahasa yang mereka pelajari, amalkan dan ajarkan selama bertahun-tahun dengan semena-mena diperkosa, dipreteli sana-sini, dipersingkat seenak perut mereka, padahal bahasa tersebut merupakan bahasa ibu, bahasa nasional dan bahasa persatuan.

"Dont judge the book from its cover" cukup populer memang kalimat bijak ini . Namun bila lebih bijak lagi bahasa sebenarnya dapat menjadi transparansi dari tingkat intelegensia atau intelektualitas dan kepribadian seseorang, yah secara relatif kita dapat menilai seseorang dari caranya berbahasa, (tentu saja orang munafik menjadi pengecualian).. Lalu bagaimana dengan penilaian bahasa alay ini? Buat saya pribadi kesan yang saya tangkap adalah gaya bahasa di atas adalah sebuah anomali karena jangan pernah berpikir untuk dapat mengucapkannya secara lisan, sedang bila bahasa dapat mencerminkan perilaku atau pribadi maka  gaya bahasa di atas terkesan manja, liar, kacau dan serba tidak teratur. Karena memang praktis tidak ada aturan baku untuk penulisan bahasa tersebut, satu-satunya yang menjadi aturan kaidah penulisannya justru adalah ketidakteraturannya tersebut. Kalau mencoba menghubung-hubungkan dengan berbagai perilaku negatif dan menyimpang para generasi muda dewasa ini (yang umumnya bermental tempe atau kerupuk) seperti seks bebas, narkoba, dugem dan lain-lain mungkin saja ada benang merah yang dapat ditarik. Wallahualam bissawab..

Bahasa  merupakan sebuah sub budaya yang dinamis dapat bergerak maju dengan pesat tapi juga bisa  mundur teratur untuk kemudian musnah dari peredaran ditelan zaman. Tak ada yang salah memang dari bahasa alay ini karena posisinya dapat sejajar dengan bahasa daerah sebagai varian dari bahasa Indonesia sendiri yang secara transendental dapat saling memperkaya khasanah per-bahasa-an masing-masing dan bahkan secara tata bahasa idealnya bahasa alay ini termasuk bahasa yang menyimpang sehingga dapat menjadi perbandingan atau kasarnya "contoh yang salah" dan muaranya dapat mengarah ke perkembangan bahasa Indonesia secara divergen khususnya di bangku pendidikan yang mengajarkan tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai EYD. Selain itu juga tak bisa dipungkiri bahasa  juga memiliki salah satu fungsi yaitu sebagai alat ekspresi diri dan bahasa alay ini adalah salah satu wahana dari unjuk kreatifitas para ABG penganut sekte alay-isme tersebut. Terkesan dipaksakan memang sisi-sisi positif dari bahasa alay di atas namun sebagai manusia yang selalu mencari kebenaran memang kita harus selalu menilai sesuatu hal selalu dari dua kutub yaitu positif dan negatifnya. Selama para penganut bahasa alay ini dapat menyesuaikan penggunaan bahasa sesuai dengan situasi, kondisi dan komunitas mereka berada maka bahasa alay ini sah-sah sajalah dinilai sebagai hal yang normatif karena merupakan varian dari bahasa sehingga bagi para pembina bahasa Indonesia tak perlu phobia terhadap adanya interferensi bahasa tersebut terhadap bahasa Indonesia. Karena memang esensi dari bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks, situasi dan kondisi.

Mungkin karena sebahagian besar para ABG alay adalah para anak-anak muda yang umumnya dalam proses pencarian jati diri sehingga memiliki kecenderungan untuk ingin berbeda, ingin diperhatikan dan ingin menonjol dalam sebuah populasi sehingga berani berbuat sesuatu yang berbeda,  menabrak pilar-pilar kebiasaan, tradisi, dan kecenderungan hanya untuk menjadi bagian dari sebuah peradaban modern." Berbuat gila lah, maka Anda akan berbeda dan tertulis dalam sejarah"..Ituuu..(Mario Teguh : mode On) mungkin seperti itu prinsip psikoanalisa dan psikososial yang mereka anut. Tidak jarang dalam proses pencarian tersebut mereka tersesat dalam labirin pergaulan bebas, terbawa arus dalam sebuah paradoks pola hidup tidak sehat dan tertipu oleh kamaflase kenikmatan sesaat.  Padahal tanpa harus sok repot-repot berbuat hal-hal aneh hanya untuk mencari sesuatu yang bernama identitas atau jati diri mereka sebenarnya sudah diajarkan tentang pelajaran agama sejak dari bangku pendidikan paling dasar.
Kenali Tuhanmu maka kau akan mengenali dirimu sendiri dan seluruh mahluk yang ada di sekitarmu !!
Tak ayal mereka tak ubahnya laksana orang buta di bawah cemerlangnya merkuri atau orang-orang kelaparan di antara tumpukan beras dan gabah..

Mari kita bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Jadikan bahasa Indonesia berkembang secara konvergen lewat pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar..

Sungguh tak ada maksud untuk menyinggung komunitas tertentu  dalam tulisan ini karena saya hanya seorang anak Adam (bukan anak lebay) yang sekedar mencoba untuk membaca zaman...

Soo..siapakah yang lebih alay Mario Teguh atau Roy Suryo?? Tanyakan hal ini pada menteri Pendidikan...

J4dy Z3Lam4t dat4N9 dy DhuNia 4L4y...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar