
Ini jelas-jelas bukan gaduh dari sebuah rapat kerja (raker) organisasi XYZ yang berujung pada selaksa rencana berbunga-bunga meskipun soal-soalnya itu-itu saja. Ini juga bukan gemuruh amuk massa demonstrasi yang berunjuk bentrok dengan aparat, bukan pula sorak sorai masyarakat Jogja yang menuntut kedaulatan monarki di atas negara demokrasi, tapi ini adalah drama dari "people power" yang berhasil dikobarkan oleh Laskar Garuda Merah Putih lewat tendangan cannon ball kaki kiri Christian El Loco Gonzalez ( Mustapha Habibie) yang berhasi mengoyak jala Neil Etheridge penjaga gawang Filipina yang merupakan kiper ke 3 di salah satu klub gurem divisi utama Liga Inggris sontak Gelora Bung Karno bergemuruh, seluruh rakyat Indonesia pun melompat kegirangan sampai berteriak-teriak histeris bahkan yang lebih ekstrim seorang kakek di Makassar menjemput ajal beberapa jam setelah merayakan gol tersebut.
Negara kita memang sedang dilanda "demam timnas", dengan dibantu pemberitaan media yang menurut saya sedikit berlebihan membuat bangsa ini seperti terbakar api euforia yang dipantik oleh berbagai macam alasan baik itu karena murni nasionalisme ataupun hanya karena ke-"good looking"-an seorang Irfan Bachdim. Kedua pemain naturalisasi di lini depan tim merah putih memang tengah menjadi buah bibir.
Istilah naturalisasi seperti tidak adil buat El Loco ketika melihat kenyataan bahwa ia sudah 7 tahun bermukim di Indonesia dan selama itu tidak pernah pulang ke negara asalnya Uruguay, ia menikah dengan seorang wanita Indonesia dan mempunyai 4 orang anak yang semuanya lahir di Indonesia, dia mengaku betah tinggal di Indonesia dan cinta negara ini. Dia membela timnas setelah resmi mendapatkan paspor WNI dan terpilih masuk skuad timnas, bandingkan dengan pemain-pemain naturalisasi Filipina dan Singapura yang notabene seperti sekumpulan pemain bayaran karena sebagian besar tidak memiliki keterikatan emosional secara pribadi dengan negara barunya tersebut.
Buat El Loco, dua golnya yang memulangkan The Azkal's (Julukan timnas Filipina) sekaligus meloloskan Indonesia ke final adalah jawaban shahih bagi orang-orang yang sempat memandang skeptis terhadap kebijakan naturalisasi dan meragukan usia sekaligus nasionalismenya. Pun begitu dengan aksi-aksinya di lapangan, bagaimana tidak.. seorang El Loco top skor 5 kali Liga Indonesia, seorang finisher dan predator sejati kotak penalti yang terbiasa dilayani dan dimanjakan dengan umpan-umpan akurat di klubnya rela berjibaku turun sampai jauh ke belakang garis tengah untuk membantu pertahanan dan ikut serta merancang serangan balik cepat dan malah memanjakan kedua sayap dengan wall-pass cerdasnya. Sebuah work rate yang patut diapresiasi untuk ukuran seorang striker, tiga kata untuk menggambarkan semangat juangnya 'fight to death'. Lalu bandingkan dengan seorang BP penyerang andalan timnas satu dekade terakhir yang ketika diturunkan sebagai pemain pengganti cenderung kerap menunggu bola di depan kotak penalti lawan dan jarang mengganggu pemain lawan yang sedang merancang serangan. Saya melihat seorang El Loco yang jauh berbeda dari apa yang dia biasa perlihatkan di klubnya, lihat bagaimana dia bermain sebagai bagian dari tim, tidak egois, dan rela jatuh bangun hanya untuk membuka peluang bagi rekannya di lapangan. Bahkan ketika Indonesia mendapat 2 kali penalti di fase grup akibat ia dilanggar, dengan legowo dia yang berperan dalam hadiah penalti tersebut dan juga merupakan eksekutor pertama di klubnya memberikah kesempatan kepada Firman Utina dan BP. Hasratnya untuk memenangkan tim ternyata lebih besar daripada egonya untuk menjadi seorang top skorer.
Lalu masih adakah yang meragukan apakah dia "merinding" ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya??
Lalu masih adakah yang mempertanyakan urgensi dari sebuah naturalisasi??
Ketika sebagian besar para pembesar negeri ini dengan bangga menggunakan produk-produk import dari luar negeri daripada produk lokal apakah ada yang pernah mempertanyakan nasionalisme mereka???
Berikut wawancara telewicara saya dengan Alfred Riedl (sudah ditranslate)
Ryo : Bagaimana kondisi terakhir dari para pemain Bung Riedl?
AR : Semua pemain dalam kondisi siap tempur dan optimis bisa mengalahkan Malaysia di kandangnya nanti.
Ryo : Kira-kira strategi apa yang akan diterapkan nanti apakah ada kemungkinan bermain bertahan?
AR : oOO...Tidda bissa...kita akan bermain seperti biasa menunjukkan jati diri tim dengan orientasi menyerang terutama optimalisasi sektor kedua sayap..karena kita minimal harus mencetak 3 gol..
RYo : ??? Lho kok bisa knp harus 3 gol?bknkah bermain imbang saja sudah cukup karena kita punya peluang lebih besar untuk menang di Gelora BUng Karno..
AR :(dengan wajah serius dan megusap2 kumisnya sambil setengah berbisik).. kita harus cetak 3 gol karena kalau 1 gol kita di- CLAIM sama mereka kita masih unggul dengan 2 gol... !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar