Jumat, 25 Maret 2011

OVJ = Ora Funny Jie..


Opera Van Java (OVJ), inilah salah satu program andalan dari Trans 7 dan kalau bisa dibilang nomor 1 saat ini untuk kategori acara parodi show atau sketsa komedi yang ada di seluruh stasiun TV swasta Indonesia. Hari ini tak ada yang tidak mengenal Sang Dalang Parto yang diduga oleh Luna Maya adalah seseorang yang " Mirip Ariel" dan juga wayang-wayangnya beranggotakan : Sule sang miliarder baru, Andre sang calon wakil walikota, Azis sang pengidap tumor gagap kronis stadium IV dan Nunung seorang wanita setengah tua yang masih juga suka ngompol. Sedikit flashback, pada masa awal-awal penayangannya yang masih satu minggu sekali saat itu saya bisa dibuat terpingkal-pingkal sampai sakit perut dan mengeluarkan air mata ketika menyaksikan lawakan mereka di layar TV. Kesan pertama memang selalu menggoda dan terasa indah kawan, namun setelah acara ini mulai booming dan digandrungi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia yang datang dari berbagai kalangan dan lapisan umur saya pun mulai angkat kaki diam-diam dan menjaga jarak dengan acara ini.

Terlebih ketika intensitas penayangan acara ini ditingkatkan oleh Trans Corp menjadi hampir setiap hari, saya pun mulai terkesan pelit untuk sekadar membagi ketawa ringan ataupun senyuman kecil buat lawakan mereka sementara di lain pihak gemuruh tawa dari para penonton di studio Trans dan di depan TV begitu menggelegar memecah kesunyian malam. Padahal sebenarnya sering kali lawakan mereka menjadi garing dan gayus eh jayus karena terkesan monoton dan banyak terjadi repetisi atau pengulangan. Saya pun mulai tersadar dan sering merenung sendiri, serendah inikah sense of humor dari bangsa yang kita cintai ini ?? Apakah kita dengan mudahnya dibuat tertawa karena aksi kekerasan dorong-mendorong, saling jatuh-menjatuhkan, saling pukul yang semuanya dengan menggunakan properti berbahan styloform, mungkin bila bahan ini bisa disulap menjadi sembako maka dapat membantu kebutuhan pangan seluruh warga korban Merapi untuk 5 tahun ke depan.

Bahkan kita pula dengan gampangnya terbahak-bahak ketika disuguhkan karakter pria yang kewanita-wanitaan atau ketika salah seorang wayang menjadi bulan-bulanan anarkisme dari teman-temannya yang lain baik secara verbal maupun fisik. Kesemua aksi di atas sebenarnya adalah aksi komedi tingkat rendah yang sudah lama punah dari per-komedi-an dunia, lihatlah bagaimana jenis humor yang ada di dunia barat saat ini, mereka bisa melawak walau hanya dengan bernarasi monolog seorang diri atau ditambah dengan ekspresi wajah dan sedikit gerakan namun selalu ada klimaks yang tercapai ketika pesan tersirat dari lawakan tersebut tiba-tiba menghentak logika, menyetrum kesadaran berpikir alam bawah sadar kita hingga sontak kita tertawa segenap jiwa dan raga. Bahkan isu-isu politik dan kebijakan-kebijakan pemerintah atau bahkan kepala negara sekalipun tidak segan untuk mereka parodikan atau dijadikan bahan lawakan segar.

Pesan tersirat! inilah yang menjadi pembeda. Di OVJ, kita nyaris tidak menemukannya apalagi mengharap sebuah kritis sosial terhadap pemerintah yang sebenarnya mulai menyaingi mereka dalam hal berparodi di tengah himpitan berbagai bencana alam serta masalah-masalah nasional yang sudah basi dan nyaris gosong atau bahkan tidak ada salahnya mengangkat tema tentang isu-isu global dunia internasional yang lebih luas lagi cakupannya. Sebab memang salah satu fungsi fundamental dari humor itu sendiri selain sebagai sarana hiburan atau penghilang stres juga adalah sebagai kritis sosial terlebih mengingat kebiaasaan tradisional masyarakat negara ini yang sangat tidak suka bila dikritisi secara langsung maka sebenarnya humor dapat menjadi mediator multifungsi yang sangat cocok untuk mengakomodasi berbagai kritik sosial yang juga merupakan perpanjangan tangan dan mulut dari rakyat.

Karena Humor sebenarnya adalah sebuah Keseriusan dan Kejujuran ...

PRikitiuwww....oooo tidda bisssa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar