Jumat, 25 Maret 2011

Bom di Allianz Arena Muenchen

Ketika animo publik tersedot oleh dampak tragedi tsunami Jepang dan pemberitaan dua media massa Australia terhadap kredibilitas Presiden SBY alias Tsunami Jepang dan “Tsunami” Indonesia, tiba-tiba saja kita disentakkan oleh teror bom yang dikemas dalam sebuah kiriman paket buku. Spekulasi pun bermunculan. Ada yang mengaitkannya dengan ranah politik dan taktik pengalihan isu sampai merambah ke wilayah agama atau SARA yang kesemuanya bila ditarik benang 'biru' maka semua analisis menunjuk ke arah partai berbendera 'biru'  Demokrat. Dua belas jam kemudian berpuluh-puluh kilometer dari Jakarta tepatnya di Kota Munich Jerman, warna biru kembali menyentak dunia namun kali ini dengan kolaborasi warna hitam. Perpaduan warna ini sukses membiruhitamkan stadion Allianz Arena dan tepatnya setelah wasit Pedro Proenca meniup peliut panjang tanda pertandingan berakhir bom waktu itu pun meledak, meluluhlantahkan asa ribuan supporter tuan rumah dan mengangkat tinggi armada IL Nerazzuri (Si Biru-Hitam) ke babak selanjutnya. Papan skor besar di stadion tersebut dengan angkuhnya memampangkan skor 3-2 untuk keunggulan FC Internazionale Milano sekaligus menjadi tiket perempat final sang penta campeone setelah menang selisih gol tandang (kalah 1-0 di San Siro).

     Dan oknum yang menjadi aktor utama dibalik meledaknya bom ini adalah trisula maut lini depan Inter yang dini hari tadi turun dengan formasi 4-3-1-2. Samuel Eto'o menggetarkan Munich dengan low explotion gol cepatnya di menit ke 3 sekaligus melambungkan asa 3000an suporter tim tamu namun selang beberapa menit kemudian tuan rumah balik unggul melalui Mario Gomez di menit 21 dan Thomas Muller di menit 31. Skor 2-1 untuk keunggulan Munchen menutup laga babak pertama, sontak kepercayaan diri armada Van Gaal melambung namun ada yang mereka lupakan bahwa mereka sedang berhadapan dengan juara bertahan sekaligus tim paling produktif saat ini di Italia yang memiliki kecenderungan mencetak gol tinggi justru di babak kedua secara statistik dan terbukti di babak kedua ini Inter mulai meningkatkan tempo serangan dan hasilnya Sneijder meningkatkan level ledakan dengan golnya di menit ke 18 babak kedua dan klimaksnya terjadi 2 menit sebelum akhir pertandingan, adalah Goran Pandev yang benar-benar "meledak" an Allian Arena dengan kaki kidalnya membunuh tim Jerman dengan karakter mereka sendiri yang selalu terlambat panas bak mesin diesel, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh INTERNAZIONALE MILAN satu-satunya tim Italia yang bisa menang di Jerman dalam dua dekade terakhir sekaligus penasbihan tim ini sebagai penyelamat muka Italia di kancah Eropa...

      Dan tentang masalah bom Jakarta bahwa negeri yang multikultur dan plural ini mungkin akan terasa lebih damai dan menyejukkan apabila membiarkan setiap orang meyakini paham dan ideologinya masing-masing. Sungguh amat tidak menguntungkan bagi bangsa kita yang sudah sarat dengan persoalan yang rumit dan kompleks jika terus diperkeruh oleh “konflik ideologi” berbasiskan sentimen dan fanatisme sempit. Bangsa kita yang majemuk ini akan terus berkutat di balik semak belukar jika terus digoyang oleh konflik akibat perbedaan paham, agama, dan keyakinan yang sejatinya menjadi hal yang paling asasi setiap warga negara. Kapan kita sempat membangun kekuatan genius-lokal? Sementara, negara lain yang sudah mampu membebaskan diri dari mitos-mitos keyakinan tertentu sudah berjalan mulus di jalan tol peradaban dunia.
Atau, jangan-jangan mereka yang suka melakukan teror dan kekerasan berbau SARA memang memiliki skenario agar nilai-nilai pluralisme di negeri ini mati? Wallahu a’lam!
 

Adios Bayern Munchen sang FC HOLLYWOOD..selamat jalan..hati2 di jalan yah...jangan ada barangnya yang ketinggalan...dengan berat hati kami harus membuatmu gigit jari di dua musim berturut-turut...karena Itali, Eropa dan Dunia memang sedang berwarna Biru-Hitam kawan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar