Jumat, 25 Maret 2011

Mahasiswa KTP


Agent of change..

 Social control..

Iron stock..



      Betapa terdengar modern dan mulianya 3 peran utama seorang mahasiswa di atas. Keren mentereng tiada terkira, membangkitkan gelora fanatisme dan idealismenya sebagai mahasiswa baru tahun ajaran pertama. Bagaimana tidak, di momen itu dia dengan resmi menanggalkan jubah abg labilnya dan menerima tongkat estafet sebagai civitas akademika sejati sekaligus menanggung amanah dari generasi pendahulunya yaitu pemuda-pemudi kaum cerdik pandai yang dahulu menjadi pilar perjuangan merebut kemerdekaan. Membuat harga diri dan kepedean dirinya melonjak drastis, sungguh tak ada keraguan sedikitpun ketika dia harus ikut turun berdemonstrasi ria petantang petenteng di jalan raya walau sedikitpun tak paham tentang isu dan muatan esensi dari aksi tersebut.

      Padahal dia tak sadar bahwa wajah-wajah senior di sekelilingnya ini begitu beragam dalam warna karakter dan motif pribadi. Di luar kesadarannya ternyata wajah di sebelah kirinya yang begitu lancang meneriaki mencaci maki para koruptor sampai habis nama hewan disebutnya, sampai habis semua tumpah ruah sumpah serapah menjadikan para koruptor itu bak sampah yang begitu serakah dan ternyata wajah itu adalah wajah yang sama yang kemarin baru saja mengkorupsi uang SPP dari orang tuanya serta juga dana kegiatan organisasi yang dibendaharainya. Sedang di sebelah kanannya mulut yang begitu lantang meneriakkan kebohongan dan janji palsu para pejabat wakil rakyat ternyata adalah mulut yang kemarin baru saja membohongi orang tua meminta dana tambahan dengan sejuta alasan uang lab lah, beli buku lah, bayar ini lah, bayar itu lah yang kesemuanya hanyalah proposal fiktif belaka. Sedang di belakangnya ada sesosok anak Adam yang dengan gahar melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasul menyinggung para pemimpin rakyat yang dianggapnya pendosa-pendosa agama kelas kakap, sosok yang sama yang juga selalu menjadi pemateri andalan dalam berbagai basic training organisasi bernuansa Islam di kampus mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam dengan berbagai analogi, rasionalisasi, apologi, mitologi dan logi-logi lainnya beretorika ria berusaha melogikakan agama dan Tuhan lalu menjadi ironi ketika kenyataannya kita tidak pernah menemukan sosok itu di mushalla  ataupun di mesjid kampus bahkan ketika waktu shalat Jum'at sekalipun. Sementara di hadapannya seorang orator ulung yang sedang berkoar-koar di garda terdepan melantunkan penuh harmoni berbagai dalil dan konsep idealisme laksana reinkarnasi seorang Soe Hok Gie ternyata adalah orang yang sama yang bila kuliah duduk paling belakang, hobi menitip absen, tugas copy paste, dapat nilai A karena punya kekerabatan dengan dekan atau memberi sejumlah sesajian pada dosen,  orang yang sama yang kemarin menjadi ketua organisasi dengan menghalalkan berbagai cara dan orang yang sama juga yang telah menerima bargaining politik dengan pejabat setempat untuk kemudian menutup mulut dan mengurangi intensitas aksi turun ke jalannya dengan iming-iming jatah PNS.

      Ketika demonstrasi mereka yang berlabel aksi damai berubah menjadi anarkis, merusak fasilitas umum, membuat macet jalan raya utama, melumpuhkan aktifitas masyarakat di sekitarnya sekaligus dengan tegas melunturkan bahkan menjungkirbalikkan seluruh tugas-tugas mulia mahasiswa sebagai representasi dari rakyat sungguh merupakan sebuah pelecehan berencana terhadap intelektualitas. Ataukah mereka memang belum cukup dewasa sobat? karena ukuran dewasa adalah ketika seseorang dapat berbicara dan berbuat penuh pertimbangan baik buruk dan salah benar. Maka sangat layak dipertanyakanlah keabsahan penasbihan gelar kata " Maha " yang begitu agung disematkan pada mereka... Atau mungkin saja mereka kehabisan cara untuk menarik perhatian media, kurang kreatif untuk sekedar diperhatikan para pengguna jalan, kurang inovatif untuk hanya minta didengarkan oleh oknum-oknum yang didemo. Entahlah...bila menjadi mahasiswa di era kekinian ini harus menggadaikan Tri Dharma Perguruan Tinggi biarlah saya mengaku sebagai mahasiswa KTP saja kawan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar