Rabu, 30 Maret 2011

Child Wanna Be

    I am one
 I am child
 I'm the saint who marches in love
...........
(Child- Nidji)



Lagu yang tanpa sengaja nimbrung di playlitstku malam ini harus bertanggung jawab penuh atas lahirnya inspirasi tema tulisan saya kali ini. Anak-anak...seperti halnya saya,  maka kamu, dia dan mereka orang-orang yang sudah dewasa saat ini pasti pernah melewati fase menjadi "anak-anak".. Entah kenapa sejak dulu saya paling suka, senang dan bahkan hoby melihat anak-anak kecil berinteraksi dan bermain. Tatapan-tatapan lugu itu begitu membawa kedamaian tersendiri di lubuk hati yang terdalam membuatku rela berbuat hal lucu dan hal tergila apa saja sekedar untuk mengundang senyum manis dan tawa manja dari bibir-bibir mungil mereka, mau berkorban apa saja hanya untuk mencegah jatuhnya air mata dari sudut mata yang sinarnya teramat polos itu.


Sering terpikir seandainya saja sang waktu ini seperti halnya radio tape yang bisa di "rewind" kan maka masa-masa terindah yang ingin saya kembalikan tentu saat-saat jadi "anak-anak" ini. Saat kita menjadi bintang kejora dalam keluarga, saat kita menjadi raja penuh kuasa nan maha diktator bak seorang Adolf Hitler, Stallin ataupun Mussolini ketika semua hal kita inginkan bisa kita dapatkan, masa dimana kita masih seperti halnya kertas putih yang belum se- centi -pun terkontaminasi coretan-coretan konflik duniawi, waktu dimana kita dapat mereguk manisnya madu kehidupan sepuasnya tanpa sedikitpun mengkhawatirkan tentang kerikil-kerikil masalah kehidupan.

Enaknya jadi anak kecil hidup tanpa beban dan bahagia selalu, tidak perlu merasakan bercucurannya keringat ketika melakukan pekerjaan rumah,  tidak perlu merasakan kalutnya pikiran bila besok ada ujian atau stress karena skripsi tak kunjung rampung sementara tubuh sudah rempong

Enaknya jadi anak kecil hanya mengenal satu cinta yang tulus dan suci yaitu dari orang tua bahkan menjadi  tempat pencurahan cinta dan kasih sayang dari orang-orang sekitar tanpa perlu merasakan getirnya putus cinta ataupun  perihnya sakit hati...

Enaknya jadi anak kecil bebas berteman dengan siapa saja tidak mengenal yang namanya musuh dan tidak merasakan sembilunya sayatan pengkhianatan seorang sahabat..

Enaknya jadi anak kecil mau sesuatu hal tinggal tunjuk kalau tidak terkabul yah tinggal menangis merengek-merengek tanpa harus merasakan laparnya berhemat dan sakitnya banting tulang serta banting otot mengumpulkan koin demi koin rupiah..

Enaknya jadi anak kecil  bebas bermimpi setinggi langit tanpa perlu merisaukan apakah kita mempunyai abilitas maupun kapabilitas untuk membeli tangga ke langit tersebut..

Enaknya jadi anak kecil selalu jadi anak bawang sekaligus anak emas tanpa pernah merasakan pilunya disalahkan maupun dikambinghitamkan..

Enaknya jadi anak kecil bebas bertanya apa saja dan selalu mendapat jawaban yang sopan, lembut dan penuh kesabaran tanpa harus merasakan panas dan merahnya telinga bila dibentak juga gundahnya hati bila dimarah-marahi..

Enak nian indah tak terperi jadi anak kecil itu.. Ibarat mendaki menara kehidupan, dua kaki kita saat ini sudah berada di anak tangga yang baru. Namun, jejak-jejak kaki kita di tangga sebelumnya masih begitu terasa getarannya. Dan jika kita menengok ke bawah, betapa dengan jelas masih bisa kita saksikan jejak-jejak kaki kehidupan beberapa tahun silam itu, maka masa kanak-kanak akan menjadi anak tangga landai yang menawarkan sejuta pesona yang selalu merayu kita untuk turun kembali ke fase itu namun kita harus terus naik sebab patron kehidupan memang mengharuskan kita seperti itu maka biarlah anak tangga pada fase tersebut menjadi sebuah cermin refleksi agar kita lebih optimis menapaki anak-anak tangga berikutnya untuk terus bermimpi setinggi-tingginya..terus berimajinasi seliar-liarnya seperti anak-anak lugu itu karena sungguh setiap fase kehidupan begitu indah pada masanya masing-masing kawan......



Tidak ada komentar:

Posting Komentar