Jumat, 25 Maret 2011

Sebuah Nama Sebuah Cerita


Malam ini cahaya bulan begitu indahnya mengguyur bumi dengan sinar temaramnya yang berpijar penuh keagungan membuatku terseret ilusi guratan malam yang sepi, dingin, dan sunyinya begitu kuat menarik hatiku ke masa lalu. Bayang-bayang wajah a,b,c,d,e,f,dll, silih berganti terbit di ufuk hatiku, senyum manis mereka, tawa, gelayut manja, cerita, hingga air mata. Semuanya lebur jadi satu. Semuanya meninggalkan sebangun arsitektur malam yang berbeda-beda konstruksinya di hatiku. Malam ini mungkin akan berakhir beberapa jam lagi dan cahaya bulan pun akan berganti sinar mentari, tapi catatan sepi, luka, dan dingin itu masih terasa hingga hari ini hingga malam ini. Aku teringat wajah-wajah manis mereka, cantik, menarik, yang begitu lebam dihimpit hati yg patah. Aku selalu terbayang sentuhan mereka, bisikan, kisah, dan perhatian mereka yang begitu penuh di setiap jengkal tubuhku. Tapi aku harus pergi, karena tempatku bukan di sana, bukan di antara mereka, tapi di sini di malam ini dan nanti di sana bersama seseorang yang menjadi simpul dari mata rantai perjalanan panjang ini..

      Dulu, saat aku dekat dengan dia, aku merasa dialah yg anugerah terindah dan terbaik Tuhan buatku. Detik demi detik hanya terukir namanya di hati dan pikiranku. Aku selalu ingin tahu dia dimana, sedang apa, bersama siapa, semalam berbuat apa (aach jadi mirip lagunya kangen band yang ironis itu). Aku selalu juga ingin tahu apakah dia juga selalu memikirkanku, sebagaimana aku selalu memikirkannya. Aku selalu punya ruang lapang dalam hatiku tuk mengerti setiap kekurangannya. Nda usahlah dia minta maaf atas sikap dan pikirannya yang membuatku nda nyaman. Sebab aku selalu siap memberinya toleransi atas ketidaknyamanan yang diciptakannya. Aku bahkan selalu merasa nda akan bisa hidup bahagia tanpanya karena duniaku memang sedang berputar di lintas orbitnya saat itu.

      Lalu, saat aku berhenti mencintainya, kemudian aku bertemu dengan sosok yg lain, aku pun mempersembahkan gelar anugerah terindah Tuhan padanya yang baru. Sama sebagaimana yang dulu, aku pun selalu ingin tahu apa yang sedang dilakukannya, dimana, bersama siapa, serta tak lupa memberikan ruang lapang toleransi atas segala ketidaknyamanan yang diciptakannya, karena kumerasa nda akan bisa hidup bahagia bila tanpanya...juga tak ketinggalan duniaku juga berpindah lintas orbit ke sistem tata suryanya, galaksi yang baru lagi.
Dan, waktu terus beringsut, lalu hadirlah orang lain menggantikannya. Demikian terus terjadi, silih berganti, dengan orang yang beda, namun tetap dengan perasaan yang sama...
Bahwa rasa itu memang pernah ada dan akan selalu ada walaupun dengan subyek yang berbeda karena rasa itu selalu bereinkarnasi dalam siklus keabadian..
Tapi satu hal yang kutahu sepenuh jiwa bahwa tak pernah ada satupun yang bisa digantikan oleh satu yang lain. Sebab ternyata setiap kehadiran mereka satu persatu dalam lintasan hidupku menyisakan warna dan sejarah yang berbeda meski dalam lakon yang sama..
Tak ada satu orangpun yang sama dalam torehan sejarahnya pada bentangan lembaran hidupku. Tak ada yg bisa menuliskan cerita yang sama dalam hatiku, sebab setiap kisah yang sama yang dimainkan aktor yang beda, selalu menciptakan rasa yang tak sama.

Torehan kisah tentangnya takkan pernah mampu diulangi secara sama olehmu, sebagaimana catatan kenangan tentangmu di hatiku takkan pernah bisa diisi olehnya.. Sungguh setiap lembar catatan cinta mereka berada di bingkai album sejarahnya masing-masing di kedalaman hatiku..
Sebab...
Sebuah nama untuk sebuah cerita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar