
So, what the meaning of Galau sebenarnya ?? Di halaman 407 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV (2008), dikatakan “galau” berarti kacau (tentang pikiran); “bergalau” berarti (salah satu artinya) kacau tidak keruan (pikiran); dan “kegalauan” berarti sifat (keadaan hal) galau.
Lalu apakah penyebab galau itu kawan ? jawabnya beragam namun yang jamak ditemukan di habitat para ABG geoul dalam berbagai situs jejaring sosial adalah seputar masalah cinta dan seluk belukarnya. Misalnya saja nih seorang cwe suka sama cwo tapi cwo itu justru suka sama sahabat si cwe, nah sementara sahabat si cwe ni sukanya justru ke sahabat si cwo , parahnya lagi nih sahabat si cwo jatuh cinta setengah mati sama si cwe yang pertama tadi, jadi lah mereka berempat galau berjama'ah, anda juga pasti galau memikirkannya?sama..saya pun seperti itu sebenarnya...!!!
Atau ada juga namanya galau Akademis misalnya : Anda besok ada ujian final, terus pacar anda ngotot minta ditemani jalan ke mall, orang tua anda juga ngotot diantar berobat ke dokter, adik anda ngotot minta ditraktir ke KFC, bahkan pembantu anda ngotot minta pertanggung jawaban dari anda.
Jadilah anda galau segalau-galaunya kegalauan seorang diri di kamar sambil update status "saya sedang Galauwwwwww malam ini" (ditambahkan huruf W banyak-banyak biar lebih terasa tajwidnya, terkesan bertasydid dan bertaukid terasa betul nyeri galaunya), karena tidak puas anda pun ganti status lagi, lagi dan lagi curhat tidak karu-karuan terkadang singkat hanya 2 kata yang tak jelas maknanya, kadang panjang hingga beberapa paragraf, terkadang sedikit mellow tak jarang pun berganti kata-kata kasar sumpah serapah dengan penambahan nama beberapa spesies hewan.
Nih contoh status orang galau : "Dasar cowok brengsek km!! Sa doakan kamu bisulan di dengkul sebesar bola tenis, biar km ndak bisa sholat Jum'at seumur hidup !!!"..wetsss...Sadiss broo..Lalu ganti foto profil setiap 2 menit layaknya slide show dengan berbagai ekspresi orang galau pada umumnya, seperti berfoto di depan cermin toilet, di dalam mobil, bahkan ada pula yang di atas tower, dengan gaya satu tangan di kepala seperti orang mau adzan, dengan kepala dimiringkan hampir 180 derajat, atau dengan gaya melongo sambil bibir dimanyun-manyunkan. Tak lupa guna melengkapi kegalauwannya para galau-ers pun mengganti nama ID-nya di berbagai situs jejaring sosial misalnya saja menjadi : " Parjo ingin Bahagia Cellaluw" atau "Jamilah sudah Dewasa" , " Dg Gassing Tak Ingin Disakiti", "Isabell Korban Cinta" atau juga "Ngatiyem Lophe Jason 4ever ".
Perilaku para galau-ers ini tak hanya mengusik ketenangan orang lain yang juga memanfaatkan situs jejaring sosial yang sama tapi juga bisa membuat kita yang awam ikut-ikutan galau artinya galau itu ternyata bisa menular kawan misalnya saja bila ada status seperti ini : "Tanpa dirimu di sisiku, tinggalah Baygon cair 5 liter ini jadi temanku #menunggu bedug adzan Maghrib" ...gubragg...
Saya pikir negara kita sudah terlalu galau dengan berbagai masalah carut marutnya roda birokrasi, inkonsistennya kinerja badan legislatif, dan misteriusnya aksi aparat hukum di negeri ini. Berita terbaru adalah kasus Nunun yang juga ikut-ikutan galau dan menderita amnesia. Masihkah kita generasi mudanya ikut-ikutan menjadi generasi galau? Mari berbenah, jangan pernah buka pintu sedikit pun bagi tamu bernama galau ini kawan.
Sadari bahwa galau itu sebenarnya sumbernya adalah dari dalam diri kita sendiri, jadi sudah barang tentu solusinya pun dari dalam bukan dari luar. Pertama mind set (bukan manset), Pikiran itu persis kebun. Ingat kuat kalimat ini. Kebun pikiran yang dirawat dengan yang tak dirawat pasti beda panennya. Kalau pikiran dirawat, maka kebun itu akan bersih dari ragam makhluk kotor menjijikkan yang numpang bersarang di dalamnya. Tapi kalau pikiran ndak diurus, maka kebun itu akan disarangi ular, belatung, dan semak belukar. Suudzon, ngeres, negatifan selalu, itulah di antara hasil panen kebun pikiran yang tak terawat.
Pikiran juga harus rajin-rajin diberi vitamin. Jangan cuma rambut dan kuku saja yang di-creambath dan pedicure, tapi pikiran juga itu. Kasih tuh pikiran ragam vitamin pembasmi polusi-polusi, yang niscaya akan menghasilkan kemampuan untuk melapangkan pikiranmu dengan cakrawala yang positif-positif. Yah, bolehlah itu vitamin ilmu pengetahuan, bacaan, obrolan kritis, hingga menyimak siraman ruhani sebagai contoh-contoh jenis vitamin yang penting untuk menyehatkan pikiranmu.
Maka lihatlah sendiri, betapa tajam perbedaan cara pikir seseorang yang ndak doyan makan buku, malas menyimak kultum, dan tak mau berdiskusi banyak hal, dibanding mereka yang rajin mengasupi otaknya dengan banyak perspektif. Yang satu cenderung cupet, pendek nalar, emosional, yang lainnya selalu penuh perhitungan, pertimbangan, dan kematangan. Hasilnya? Beda sangatlah action-nya. Yang satu, kalau lagi marah begitu mudah mengeluarkan monyet, ular, dan hewan lainnya yang bersarang di otaknya, sementara yang satu lagi, lebih memilih mengeluarkan nalar dan bahasa yang logis untuk memahami dan mengatasi masalah yang sama.
Kedua, hal fatal yang sering kita lakukan adalah mencari kambing hitam yaitu faktor dari luar atas benih kegalauan yang kita tanam sendiri . Gara-gara dialah, jadi begini, kacau begini…” atau “Dasar bego, bikin runyam saja dia…” atau “Memang tong orang tanpa otak dan nurani dia tuh, bikin hati sesak saja kelakuannya…”
Semua ragam ekspresi kegalawwan itu sepenuhnya bersumber dari klaim yang kita ukirkan ke kepala orang lain, yang sempurna betul kita anggap sebagai biang kegalawwan kita dan karenanya kita sangat negatif padanya. Dan sikap begini umum sekali kita lakukan sehari-hari, Tapi, coba renungkan, apakah memang benar begitu adanya? Hakikat masalahnya? Asal-usul masalahnya?
Belum tentu kan.
Hanya lantaran kita memposisikan diri sebagai juri tunggal atas suatu masalah yang menimpa diri kita, maka subyektivitas-egoisme kita akan sangat begitu hebat menguasai diri kita, bahkan sampai pada level ngotot membenarkan ketakbenaran yang sebenarnya telah dibisikkan nurani kita, sehingga ujungnya kita menyimpulkan bahwa ini adalah kesalahannya! Sampai di sini, sempurnalah kita mandi kembang busuk kegalauan itu pemirsa. Satu mantra yang singkat namun nyaris tak pernah tersentuh oleh otak, mata hati dan mata bathin kita adalah "Maybe I'm wrong" ...Mantra ini sangat perkasa untuk menghadirkan kesadaran dalam diri kita, sepanas apa pun kita dibakar galau itu, bahwa penilaian subyektif kita atas hakikat masalah dan orang yang terlibat di dalamnya bisa jadi hanyalah sebuah dugaan, hipotesis, yang jelas sangat tidak terjamin kebenarannya. Karena ini hanya sebuah dugaan yang murni berpijak pada prasangka, yang jauh dari garansi kebenaran, maka sungguh ia tak layak untuk dijadikan pegangan. Ia harus terlebih dahulu ditempuhkan untuk menjalani proses “peleburan prasangka” aku dan dia, atau dalam bahasa gaul Hans-Goerg Gadamaer disebut “fusion of horizons”, yang kemudian darinya akan menghasilkan hakikat kebenaran yang sesungguhnya.
Dari sini, sungguh cukup mudah untuk memafhumi bahwa sejatinya kita ini lebih sering menggalaukan hari-hari kita dengan tangan kita sendiri lantaran kita gagal memafhumi diri kita sendiri sebagai sosok yang sangat bisa salah dalam menilai, memikirkan, dan menyimpulkan suatu perkara. Galau yang sebenarnya ndak pernah ada wujudnya itu menjadi begitu nyata efek buruknya dalam hidup kita hanya karena kita sendiri yang begitu kreatif menyulamnya sebagai sebuah kegalaua hingga kemudian meng-alay kan diri dengan selebay-lebaynya ABG geoul.
Jika kita mampu konsisten mengolah ragam kegalauan yang kita rasakan setiap hari dengan metode seperti itu, apa pun itu sumber masalahnya, niscaya kita akan semakin bisa mengasah pikiran dan hati kita untuk menjadi lebih baik dalam menyikapi segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Pembiasaan menyikapi segala isu, kabar, kata-kata, hingga perilaku yang kita anggap menggalaukan kita dengan metode tersebut pada gilirannya akan menempa jiwa kita bisa menjadi individu yang lebih dewasa dan bijak.
Nah, cara bergalau beginilah yang kusetujui sebagai bagian dari iman . Semakin mampu kita bergalau yang menempa seluruh saraf kemanusiaan kita menuju kearifan, itu pertanda bahwa iman kita semakin bermutu menuju desir angin kedamain hidup, lantaran kita semua pasti setuju bahwa keimanan akan selalu menghantar pemiliknya menghasilkan kebajikan. Makanya oleh sebab itu mari galau berjama'ah.
NB : Bagi yang sedang galau dan tidak dapat menyerap bahasa-bahasa di atas, singkatnya bila anda sedang galau segera ambil air wudhu, bila masih tetap galau shalatlah dua raka'at bila masih juga tetap galau keluarlah, jelajahi tempat-tempat yang anda senangi, temui orang-orang yang anda cintai, makan makanan apapun yang anda sukai dan lakukan hal apapun yang anda gemari, selama semua itu halal pastinya...Salam Galau

Tidak ada komentar:
Posting Komentar