Menyatakan cinta, ahhh…itu hal yang mudah sekali, biasa sangat malah. Semua mulut lelaki sangat ringan mengungkapkannya (juga wanita ding). Lidah-lidah tak bertulang itu begitu gesit dan lincahnya menari-nari sembari mengobral kata cinta di sembarang tempat dan bahkan di sembarang waktu pula. Ndak perlu menunggu harus jadi buaya dulu untuk dermawan menyatakan cinta, sekadar masih di level anak kadal atau anak tokke pun pasti sudah sangat lihai kok.
Kenapa yah bisa semudah itu menyatakan cinta?
Padahal seorang filsuf besar Islam sekelas Jalaludin Rumi pun hanya bisa berkomentar bahwa :
Apapun yang kau dengar dan katakan tentang Cinta,
Itu semua hanyalah kulit.
Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan.
Namun para pemuja cinta ini berani dengan mudahnya melesakkan kata cinta semudah menembakkan misil-misil USA ke Afghanistan dan Irak. Seolah-olah mereka memiliki legalisasi atau sertifikasi langsung dari panah asmara sang cupid peri cinta yang ada dalam mitologi Yunani itu. Padahal sejatinya, itu bukan cinta, okelah tepatnya, belum sempurna bermetamorfosis menjadi cinta. Ia hanya sebuah simpati, ketertarikan atas sebuah chemistry, atau malah bisa jadi hanya nafsu belaka. Ia masih berupa kepompong muda yang amat dini untuk menatap dunia luas dalam kacamata cinta.
Akan tetapi lantaran dibahasakan sebagai cinta, maka mudah saja kita tergelincir oleh licin dan terjal jalannya, yang tampak kilau mempesona dirias kembang-kembang perhatian, hadiah, SMS, ucapan selamat, hingga kerdipan mata. Apa yang sebenarnya belumlah sempurna sebagai kupu-kupu, masih berupa ulat yang bertapa, terlalu cepat kita percayai sebagai cinta yang bersayap indah dan sanggup menerbangkan kita ke surgaloka.
Padahal hakekatnya bahasa takkan pernah cukup mewadahi keagungan rasa cinta, karenanya jangan paksakan untuk kau bahasakan rasa cintamu padanya sebab bisa tergerus kedalaman dari rasa itu.
Lihatlah sendiri buktinya, betapa amat sangat banyak orang yang menjadi korban cinta, begitu istilahnya, padahal sungguh itu terjadi lantaran yang diterimanya bukanlah cinta, sangat bukan cinta, tetapi hanyalah kepompong-kepompong yang belum matang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu cinta. Dan lantaran kita begitu mudah terbius oleh warna-warni pesonanya, kata-kata puitisnya, hadiah bunga yang merah merekah, hingga tebalnya dompet yang sampe ndak bisa dilipat lagi, atau menderunya mesin Kawasaki Ninja RR dan kinclongnya interior CRV White Pearl yang menyilaukan mata sekaligus mata hati wanita sejagad itu, sontak begitu mudah kita mempercayainya sebagai kupu-kupu cinta.
Hasilnya?
Rintihan tangisan yang khusyu nan menyayat hati di sepanjang malam diiringi bunyi-bunyi bedentam bedentumnya seluruh inventaris kamar pribadinya. Jilbabnya dibanting-banting, kaca cerminnya disayat-sayat, handphonenya direndam di air mendidih lalu didiamkan di dalam freezer kulkas terakhir ia pun mengunci diri 2 hari 2 malam di dalam kamar mandi.
“Aku dikhianati cinta…” kata Wa Rini sambil merobek-robek jilbabnya.
“Manis kata-katanya tak semanis bukti cintanya…” ratap La Bahi sambil meremas-remas celana boxer 4 jarinya.
Lalu, siang malam terus-menerus memutar lagu Kerispatih dengan volume tinggi, mulai Demi Cinta, Bila Rasaku Ini Rasamu, atau Tak Lekang oleh Waktu , Tertatih dan bahkan hingga Alamat Palsu ( Ayu Ting Ting ), Status Palsu (Vidy Aldiano) juga Rambut Palsu ( Gayus Tambunan) tidak ketinggalan Hamil Duluan pun diborong sekalian.
Bila rasaku ini rasamu/sanggupkah engkau/menahan sakitnya hati yang terkhianati cinta yang kau jaga…
Haaatttttccccchiiiii.....#maklum lagi pergantian musim
Coba renungkan dengan khidmat dan seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya “Apakah benar itu cinta? Jangan-jangan hanya cinta-cintaan, hanya kepompong yang di matamu tampak laksana cinta sejati karena terbius rambutnya yang terurai lurus sampai ke lutut yang bahkan nyamuk atau lalat hinggap pun bisa dibuat tergelincir atau hanya tersilaukan oleh dandanannya yang modis dan matching dari ujung kaki hingga ujung rambut, mulai dari penjepit rambut sampai tali sepatu yang berwarna seragam.
Apa yang kau anggap sebagai cinta sungguh belum layak diyakini sebagai cinta sepanjang bongkahan rasa itu belum berbenturan dengan ragam badai yang khas dirimu.
Badai dirimu?
Ya. Catat baik-baik lalu tempel di jidat nah frase kata ini, bahwa selalu saja dalam hubungan pacaran yang kita sebut sebagai soulmate sekalipun, kita hanya disuguhkan hal-hal yang baik, bagus, indah. Di depannya kita selalu memproyeksikan diri sebagai seorang Romeo yang romantis tapi juga atletis, trendy namun juga sporty, jenius tapi tetap religius, cool namun tetap charmy. Atau sebaliknya sebagai seorang Juliet yang feminin namun enerjik, jago masak dan jago ngaji, modis dan selalu rapi, sabar dengan hati yang lapang, pendengar dengan nasihat yang bijak, penyayang dengan senyum manis yang selalu menghias bibir. Pokoknya semua sempurna nyaris tanpa celah. Selalu ada kata maaf, siap antar jaga, penuh toleransi, selalu ada untukmu, wangi, modis, rapi, smart, charmy, penuh chemistry.
Padahal sejatinya setiap kita menyimpan badai dalam diri kita, yang bahkan itu sangat khas diri kita sendiri, yang badai itu sengaja kita simpan rapat-rapat dari pasangan kita.
Nah, badai-badai inilah yang akan menjadi penguji kesejatian bongkahan rasa itu, apakah ia kemudian tumbuh sebagai cinta yang sejati ataukah hanya berhenti sebagai sebuah simpati belaka.
Badai-badai itu bisa berupa egoisme, perbedaan paham, mimpi yang berseberangan, kondisi kekurangan, kebiasaan buruk dan jorok hingga bau keringat sekalipun misalnya.
Segala apa yang tampak baik dan bagus selama ini harus dibenturkan dengan segala apa yang sejatinya merupakan bagian tak terpisahkan dari dirimu, yang itu semua tampak buruk, menurunkan value atas dirimu, tidak menarik sedikitpun, namun kenyataannya seperti itulah dirimu apa adanya.
Lalu perhatikan dengan seksama: “Apakah dia tetap ada untukmu di saat kamu lagi ndak punya duit atau lagi egois, ingin menang sendiri dan penuh amarah, atau di saat engkau lagi bermandikan keringat setelah bermain futsal bahkan di kala engkau baru bangun tidur dengan iler yang masih mengalir di pipi kiri dan kanan, apakah ia masih tetap berada di sisimu??"
Ketaknyamanan-ketaknyamanan memang niscaya terjadi saat benturan-benturan itu meledak. Bukan sisi ketaknyamanannya yang penting di sini, tetapi sikap yang dipilihnya usai ketaknyamanan itu. Masihkah dia ada untukmu dan menerimamu apa adanya??
Ahhaaa, jangan pernah kau percaya bahwa inilah cinta sejatiku, soulmate-ku, klikku, masa depanku, apalagi pasanganku dunia akhirat, bidadari surgaku, my guardian angel, Romeoku, Julietku sebelum kau menempa bongkahan rasa yang selama ini kau anggap cinta itu dalam badai kekurangan-kekurangan tersebut. Sebelum menemukan kesejatiannya, cinta memang harus ditempa dulu dalam badai kekurangan, egoisme, arogansi diri, perbedaan paham, hingga pesona aromatherapy keringatmu.
So, ujilah dia sekarang dengan: Biarkan dirimu berkeringat deras di depannya, Tentanglah keinginannya dengan egomu. Tunjukkan dompet kosongmu. Iintinya, buat dia ndak nyaman dengan tampilan dan sikapmu, buat dia marah, lalu perhatikan bagaimana sikapnya menyikapi tingkah-lakumu yang tidak karuan itu.
Kalau dia pergi meninggalkanmu, berarti dia bukan cinta sejatimu. Kalau dia tetap bertahan denganmu, kemungkinannya ada dua: dialah soulmate-mu, cinta sejatimu, atau...mungkin saja.... Dia...tidak cukup pintar untuk meninggalkanmu… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar